2010-03-31

Infografis : Kronologis Penangkapan Gayus



Akhirnya Gayus tertangkap juga. Semoga ini menjadi titik awal terkuaknya skandal Mafia Kasus di negeri inu. Amin

2010-03-26

Aliran dana kasus Gayus Tambunan



Siapa sebenarnya Gayus? Di usianya yang baru 30-an, ia telah memiliki kekayaan yang luar biasa.. Semoga ia cepat tertangkap dan semoga pula persoalan makelar kasus segera terselesaikan.

2010-03-25

Alhamdulillah, kiriman hadiah dari Blogdetik dan PCMild

Tags

Alhamdulillah, setelah masa penantian cukup lama, antara satu minggu hingga satu bulan. Kiriman dua hadiah sampai juga. Yang satu dari Mas Anjari (blogdetik) berupa 1 unit HP modem Smart dan satunya dari PC Mild berupa memory card VenomRX 1 GB.

Kiriman HPnya nggak ada masalah. Begitu pengumuman pemenang dimuat, langsung ada email dari Mas Anjari meminta konfirmasi. Dan tak sampai satu minggu hadiah hp pun sudah sampai ke resepsionis kantor.

Yang agak unik (=ngeselin), ngurus hadiah dari PC Mild. Emang sih, hadiahnya nggak gede-gede amat. Tapi kebanggaan bisa menang itu loh yang bikin saya rela bersabar-sabar ria ngurusin segala bentuk administratifnya. Ini penggalan ceritanya :

Rabu, (24/2)

Saya iseng nyamperin lapak koran.  Sejatinya saya beli PC Mild setiap Kamis. Sesuai tanggal terbit yang tertera di cover tabloid. Asal tahu saja, letak lapak korannya cukup jauh dari kantor, sekitar 2 km. Hari panas, mo pergi eh.. helm dibawa temen. Jadi, pake helm alakadarnya. Tapi ada hikmahnya, pas lihat di halaman belakang, nama saya tertulis sebagai pemenang. Alhamdulillah...

Terus saya teliti lagi keterangan pengumuman pemenangnya. Eh, hadiah harus diklaim hari itu juga hingga pukul 16.30, via email atau telpon ke kantor redaksi. Walah gimana ni PC Mild, masa waktu klaimnya kok pendek banget? Gimana kalo saya baru beli hari esoknya? Tapi, ya namanya sudah rizki saya, jadi tergerak untuk membeli pada hari itu. 

Maka saya pun buruan kirim email. Saking buru-buru, nama alamat email yang dituju nggak lengkap. Alhasil, bolak-balik kirim email, pake tiga akunku di yahoo, gmail dan ovimail, selalu gagal. Saya telpon saja langsung ke nomor redaksinya. Dan sebagai back up saya tetap kirimkan email klaim. Beres!

Beres? Ternyata belum...

Malemnya masuk email balasan, isinya meminta saya untuk mengirimkan ongkos kirim. Berhubung saya di luar kota. Nggak besar sih cuma Rp 17.000. Tapi saya tetep saja kaget.



Kamis, (25/2)

Okelah, saya kirim via ATM BCA. Tapi saya nggak punya rek BCA. Adanya Mandiri sama BNI Syariah. Sempat bimbang, kirim atau nggak ya. Mau ke kantor BCA via teller, rasanya malu. Transfer kok cuma Rp 17.000. Mau lewat ATM bank yang saya punyai, jangan-jangan jasa transfernya bisa Rp15.000, artinya total bayar bisa lebih dari Rp30.000. Wah-wah...

Beberapa hari saya belum bisa ngapa-ngapain. Mo makan, nggak ada selera berhenti. Mo tidur, kok terasa kurang waktu (halah lebay..)

Kamis (4/3)

Untung (ini nih kalo memang masih rezeki), Mbak Euis salah satu staf keuangan lagi mo ke ATM BCA. Langsung deh saya titip sama beliau. Beres...

Malamnya, saya scan KTP dan slip pembayaran, sesuai permintaan Mbak Fanny (Sekretaris Redaksi PC Mild). Dan saya kirim lagi ke alamat email yang sama.

Dan mulailah menghitug hari...

Satu minggu belum ada balasan

Dua minggu mulai gelisah..

Rabu (17/3)

Akhirnya saya kirimkan email lagi meminta klarifikasi :

Dan langsung dijawab :

Ya, karena sudah dijawab, saya pun tinggal menunggu saja. Tinggal pasrah saja menunggu, sambil mempersiapkan ancaman (dalam hati) kalau dalam seminggu ini hadiahnya belum sampai juga, tak sebarin ke seluruh kanal yang saya miliki. Beueeh.. 

Kamis (25/3)

Akhirnya, hadiahnya nyampe juga. Pas datang ke kantor, diberitahu sama customer services bahwa ada kiriman. Alhamdulillah.. Walaupun pada saat itu, yang saya tunggu sebenarnya kiriman wesel dari Koran Tempo. Tapi masih tersisa perasaan setengah pasrah, saya masih senang menerimanya. Terima kasih PC Mild! Walau terlambat, tapi ada hikmahnya juga. Perasaan gembiranya jadi terasa panjang.

Alhamdulillah...




2010-03-22

Mewujudkan Kampus Idaman (2) : Delapan Kriteria Perguruan Tinggi Terbaik

                 Seandainya saya diberi kesempatan (lagi) untuk kuliah, maka saya menginginkan bisa berkuliah di Perguruan Tinggi Terbaik. Dan inilah kriteria kampus terbaik versi saya :

1. Biayanya harus terjangkau

                Syarat ini, mau tak mau harus diletakkan di bagian pertama. Karena, faktor ini yang palling utama mempngaruhi seseorang memutuskan akan meneruskan pendidikan atau tidak. Tapi, bukan berarti, pihak kampus terus jor-joran banting harga. Tidak demikian. Disesuaikan saja dengan bidang studi yang dipilih, sehingga murahnya biaya tidak harus menurunkan kualitas. Alternatif solusinya, berikan beasiswa. Alangkah indahnya bukan, bila di setiap fakultas dan dari setiap angkatan diberikan kuota untuk mahasiswa tidak mampu yang berprestasi.


2. Fasilitasnya lengkap

                Ini menjadi sangat penting guna mendukung kegiatan belajar mengajar di kampus.  Karena, skill akan lebih terasah bila mahasiswa bisa memanfaatkan perpustakaan yang lengkap, laboratorium yang mumpuni dan sebagainya. Dan bukan hanya itu, mahasiswa juga diberikan akses seluas-luasnya mamakai sarana kampus tersebut untuk aneka kegiatan yang bersifat ilmiah.


3. Kampusnya bonafid

                Setiap mahasiswa yang menuntut ilmu dan dosen yang mengabdi di sana bangga akan almamaternya. Bahwa kampusnya memang satu dari perguruan tinggi idaman incaran setiap mahasiswa dan menjadi dambaan orangtua. 


4. Tenaga pengajarnya berkualitas. 

Salah satunya ditandai dengan jumlah perbandingan guru besar dengan fakultas yang dimiliki. Dan perbandingan jumlah dosen yang dimiliki dengan mahasiswa dalam satu fakultas. Dijamin, tidak perlu menunggu usia satu abad, kampus sudah bisa jadi salah satu perguruan tinggi favorit Indonesia.


5. Dosennya gaul.

          Artinya, selalu membuka peluang kerja sama dengan pihak di luar kampus untuk meningkatkan keunggulannya. Tidak hanya berkutat di dalam kampus atau di dalam laboratorium saja. Dengan bergaul, maka secara tidak langsung, kampus di mana ia mengabdi akan juga diperhitungkan dalam hubungan antara civitas akademika.


6. Mempunyai desa/daerah binaan.

                  Dimaksudkan ilmu-ilmu yang didapatkan di kampus, bisa diimplementasikan di lapangan. Pengabdian tiada henti untuk masyarakat dan ilmu pengetahuan. Salah satu bentuknya adalah dengan memiliki daerah/desa binaan. Mengembangkan potensi lokal yang terkandung.   


7. Mudah menciptakan peluang kerja.

              Seiring dengan tuntutan dalam masyarakat, perguruan tinggi idaman haruslah mampu menciptakan lulusan yang siap bersaing di dunia kerja maupun siap pula memulai usaha dari nol. Kenyataan pahit memang, makin besar lulusan perguruan tinggi yang menganggur karena tak terserap oleh dunia kerja. Daripada lulusan nanti hanya akan menambah daftar jumlah pengangur di negeri ini, maka akan lebih baik perguruan tinggi mulai menyusun kurikulum kuliah berbasis kewirausahaan. 


8. Menerapkan pergaulan keseharian kampus yang islami.

            Universitas Islam Indonesia memberikan contoh maksimal dari sebuah perguruan tinggi favorit Indonesia yang berusaha mengimplementasikan nilai universal dari Islam, yakni Rahmatan lil ‘alamin. Bahwa Islam, dalam lingkup tertentu, bisa disintesiskan dengan ilmu pengetahuan. Sehingga dapat menyeimbangkan (tawazun) antara ilmu dunia dan ilmu akhirat.

            Sepertinya cukup delapan poin di atas. Yang pasti memang tidak akan mudah, butuh usaha dan kerja keras bertahun-tahun untuk mewujudkannya. Sama seperti saya yang tidak mudah untuk memenangkan Lomba blog UII ini. Namun, selagi kesempatan masih ada, maka hal itu bukanlah suatu yang mustahil.

Wassalam.

Windows Mobile Software

Tags

What should you do to improve your windows phone? Why you do not try to add applications with original software. Here is you can find any software in new interactive website. Just visit www.softwarewm.com and finding what you seek. 

Indeed, last time I came there, only 3 new software added. But the owner promised, that he will enriched Windows Mobile-based applications. So just wait and see!

2010-03-21

Manfaatin internet buat isi TTS

Tags

Maniak ngisi TTS? Sering terbentur dengan pertanyaan yang tidak biasa? Yuk manfaatin internet buat ngebantu kita mengisi TTS. Syukur-syukur bisa penuh, bisa kirim dan syukur-syukur bisa menang. 

Tiga koran edisi Minggu yang biasa saya isi : Kompas, Koran Tempo dan Media Indonesia. Ketiganya mempunyai tingkat kesulitan masing-masing. Dan secara pribadi, saya baru sukses tiga kali isi full Koran Tempo, dua kali Kompas dan Media Indonesia sama sekali belum pernah. Oya, sekedar informasi, dari ketiga media di atas masing-masing menyediakan hadiah :

1. Koran Tempo (Rp 100.000) saya pernah menang dua kali. Limit kuis dua minggu. Diberikan untuk lima orang pemenang.

2. Kompas (Rp 150.000), belum pernah menang. Limit kuis satu bulan. Diberikan untuk 25 orang pemenang.

3. Media Indonesia (Rp 250.000), belum pernah full ngisi. Limit kuis satu minggu! Dan hanya diberikan kepada tiga orang pemenang.

So, sambil iseng-iseng ngisi plus mengasah ingatan. Nggak salah minta bantuan ke internet. Inilah "sumber" yang saya pake :

1. Tentu saja GoogleSaya pake terutama untuk yang bersifat umum. Seperti arti bahasa (pake google translate), kantor berita, jenis tarian dan sebagainya.


Google emang nggak ada matinya!

2. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, keluaran Pusat Bahasa Depdiknas. Komplit! Saya pake untuk mencari padanan istilah bahasa indonesia yang kaya arti.

3. Kamus Sabda. Yang ini lebih komplit. Salah satunya memang menggunakan referensi dari KBBI di atas. Namun, dilengkapi oleh beberapa referensi kamus bahasa lain. Seperti Kamus Seasite, Kamus Indonesia, Kamus Global dan sebagainya. Dan bila kata yang kita masukkan itu terdeteksi sebagai kata asing maka rujukannya akan mengeluarkan referensi dari kamus-kamus asing. Seperti : Wordnet dictionary, thesaurus, roget thesaurus dan sebagainya.

Tertarik mencoba? Yuk...

 


2010-03-19

“PS Tarkam” VS “Profesional FC”

Tags

             Siapa yang tidak mengenal Squad Sriwijaya FC (SFC)? Peraih double winner di musim 2008 dan juara Copa 2009. Masyarakat Sumsel gegap gempita menyambut kemenangan pertama dalam sejarah persepakbolaan nasional. Tapi sayang, saya tidak termasuk yang berada dalam barisan fanatik itu. Karena ada ironi yang cukup menyesakkan. Yakni, kenyataan bahwa dari seluruh personil SFC hanya menyisakan satu pemain asli Sumsel. Itu pun harus menerima nasib duduk sebagai pemain cadangan. Artinya tidak dimainkan pada pertandingan, sebagai pemain utama. Pahitnya lagi, hanya sering dimainkan ketika SFC berlaga dalam tanding eksibisi (persahabatan) saja.

            Jadi, niat baik mendatangkan pemain luar dan asing sebagai katalisator bagi perkembangan sepakbola daerah menjadi tak bermakna. Makanya, saya tidak berminat menulis tentang SFC. Sudah banyak media besar yang mengulas ‘kedigjayaan’ SFC ini. Jadi saya tidak perlu latah memberitakannya.

            Saya cuma ingin menyoroti keadaan sepakbola di kampung halaman saya, Sekayu, Musi Banyuasin. Kurang lebih 124 km sebelah utara Kota Palembang. Dulu, sekitar tahun 2004 kompetisi bola kaki amatiran alias antar kampung (tarkam) marak di kota saya ini. Terutama menjelang Agustusan. Setiap kampung yang ada mengirimkan utusannya. Dan yang menjadi sponsornya tentu saja pihak pemrintah daerah setempat. Sebut saja kesebelasan dari Kampung Lima Sekayu (Limas), Perumahan Pemda (ORGIPP), dan sebagainya.

             Belum lagi bila musim kemarau menjelang. Sungai musi yang menyurut, membuat permukaan pasir muncul ke permukaan. Masyarakat sekitar biasanya menyebut ‘pantai pasir musiman’. Jadi, selain permainan sepakbola pada umumnya, juga diselenggarakan sepakbola pantai. Dengan aturan yang tidak kaku. Alias disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama antara tim yang turun.

              Saya kalau mengingat-ingat ini, menjadi senyum sendiri. Terbayang alangkah lucunya tingkah polah para pemain amatiran ini. Berlatih hanya menjelang Agustusan dan bermain dengan skill teknik alakadarnya. Walau begitu, pemerintah setempat mengapresiasi perlombaan dengan menyediakan hadiah yang cukup wah. Baik berupa tropi, uang atau pun berbentuj barang.

              Namun sayang, romantisme ini harus berakhir. Euforia keberhasilan pelaksanaan PON XVI (2004), telah mendorong Gubernur Sumsel saat itu, Syahrial Oesman membeli Persijatim dan mengganti namanya menjadi Sriwijaya FC, telah mendorong berbagai pihak berusaha memperbaiki perhatian kepada olahraga sepakbola ini. Tak terkecuali bagi Pemkab Musi Banyuasin yang dikomandoi oleh Alex Noerdin. Maka dididirikanlah pusat pembibitan pemain sepakbola profesional melalui Sekayu Youth Soccer Academy (SYSA).

              Ada yang salah? Memang tidak ada, mungkin saya yang harus disalahkan. Tapi sebagai bagian dari warga ‘amatiran’ saya juga berhak menuntut dikembalikan romantisme pertandingan antar kampung. Karena,. Dengan didirikannya SYSA ini, maka perhatian pemerintah lebih terfokus pada sekolah ini. Dibanding, memeriahkan kegiatan sepakbola tarkam antar warga. Mungkin keinginan saya ini menjadi semangat utopis saja. Kehadiran sepakbola profesional memang mampu meningkatkan citra sebuah daerah di kancah sepakbola nasional. Namun, jangan lupa masyarakat juga butuh bentuk hiburan lain yang merakyat. Yang menuntut masyarakat menjadi pelaku olahraga bukan sekedar suporter saja. Pencitraan bukanlah makanan bagi seorang rakyat kecil.

              Memang, menghidupkan kembali semangat berkompetisi tarkam bukanlah tindakan yang populis. Malah mungkin bisa menjadi penghamburan dana APBD. Tapi, bagaimanapun masyarakat butuh permainan yang tidak terkotak dalam bingkai profesionalisme saja. Masyarakat olahraga butuh ekspresi yang bisa menyalurkan energi positif mereka. Sehingga, kompetisi antar kampung tak harus hilang dengan kehadiran sekolah sepakbola dan tim profesional. Jangan sampai Sekayu kembali sepi hanya karena masyarakatnya lebih memilih duduk manis di depan kotak televisi menyaksikan siaran langsung ketimbang turun ke lapangan menyaksikan atau malah ikut bermain sepakbola di lapangan seadanya.  

Atau apakah harus dibuat pertandingan ‘PS Tarkam’ versus ‘Profesional FC’?



---
Tulisan ini saya buat untuk mengikuti even Selocalsoccer di Kompasiana kerja bareng dengan Sony Ericsson. Mohon dukungannya ya dengan jalan memberi komen di link berikut ini :

1. Kompasiana.com

2. Sonyericsson.com/exratime Untuk versi english-nya.

2010-03-16

Mewujudkan Kampus Idaman

              Tak mudah mendefinisikan sebuah perguruan tinggi sebagai tempat kuliah impian. Yakni perguruan tinggi idaman bagi banyak orang. Semua bergantung sudut pandang masing-masing pihak. Yang tentunya akan semakin individual dalam memaknainya. 

               Setiap pihak bisa memberikan labelisasi ini. Namun secara garis besar, keinginan itu akan terpetakan ke dalam tiga sudut pandang. Yakni dari sudut pandang akademisi, mahasiswa dan masyarakat sekitar kampus. Karena, menurut saya, ketiga komponen inilah yang menjadi kunci kesuksesan dari pencapaian beberapa perguruan tinggi favorit Indonesia.

              Dari pihak akademisi, mereka tentu berharap kampus tempat mereka mengabdi, mampu berbicara lebih banyak dalam tataran ilmiah dan cukup berpengaruh dalam pergaulan di ranah civitas akademika. Otomatis, segala bentuk sarana dan prasarana pendukung haruslah memadai. Dan sebisa mungkin up to date mengiringi perkembangan yang ada.

               Sedang di sisi mahasiswa, kampus mereka mampu memberikan banyak kelebihan dan keuntungan bagi mereka. Terutama dalam hal biaya kuliah yang ringan, fasilitas penunjang pembelajaran yang mumpuni, serta dosen pengajar berkualitas. Dan yang terakhir, muara yang jelas dari studi yang mereka tempuh. Hasil belajar mereka selama bertahun-tahun dapat langsung diserap oleh dunia kerja. Atau dengan kata lain, bisa langsung diterima bekerja sesuai dengan bidang ilmu yang ia pelajari.  

               Sementara, dari sudut pandang masyarakat yang berdomisili di sekitar kampus.  Mereka ingin merasakan manfaat secara luas dari kehadiran perguruan tinggi di lingkungannya. Bukan sekedar munculnya ladang usaha baru seperti usaha kos-kosan, rental, fotokopi dan sebagainya. Karena, hal seperti ini biasanya hanya menguntungkan dari segi materi-konsumtif. Ketimbang peningkatan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh, termasuk kaum marjinalnya. Pola lama hanya memberikan keuntungan kepada mereka yang bermodal besar. Sedangkan masyarakat asli, yang biasanya berpendapatan rata-rata air, hanya menjadi penonton saja. Ini tentu saja tidak adil. 

               Keberadaan tiga komponen ini bila bersinergi dengan baik akan melahirkan power yang luar biasa. Tetapi dengan syarat, perguruan tinggi harus mempunyai konsep yang jelas dan implementasi keilmuwan yang berwawasan pemberdayaan lingkungan. Dengan demikian, mereka akan dengan mudah melakukan riset yang riil. Bukan sekedar berangkat dari tataran wacana penuh teori. Dan mungkin ini bisa menjadi persyaratan bagi sebuah perguruan tinggi untuk menjadi sebuah perguruan tinggi terbaik

                Sementara, mahasiswa akan semakin kaya dengan studi kasus yang benar-benar berangkat dari kondisi riil pula. Yakni studi kasus dari kondisi yang sedang terjadi di sekitarnya, apapun bidang ilmu yang ia pelajari. Dan bukan sekedar menunggu sesuatu terjadi baru bergerak. Tetapi mampu pula memprediksi permasalahan yang bakal muncul serta inovasi yang bisa disumbangkan. Dan hal ini diuntungkan dengan keberadaan ragam fakultas eksakta dan non-eksakta. Keduanya bisa bekerjasama memberikan kontribusi nyata, sesuai dengan kahlian dan disiplin ilmu masing-masing. 

                Semangat berperilaku ilmiah, masih amat kurang dalam jiwa seorang mahasiswa Indonesia. Karena kecenderungan mencari nilai terasa lebih utama daripada pendalaman materi secara mandiri. Seharusnya, dengan bimbingan dosen dan peran kehadiran study club mahasiswa bisa lebih kritis dalam menyikapi perkembangan masyarakat di sekitar kampus. Kegiatan seperti survey dan riset lapangan, tidak seharusnya dilandasi dengan semangat mencari nilai semata. Namun sebaiknya, kegiatan-kegiatan eksperimen seperti ini, melahirkan inovasi-inovasi. Baik dalam hal cara maupun hasil.  

                 Namun, tidak sepenuhnya pula ini menjadi keterbatasan mahasiswanya semata. Akses ke fasilitas kampus terutama laboratorium, peralatan lapangan dan arsip, cenderung dibatasi. Atau bahkan dikaburkan. Sehingga, seolah-olah laboratorium itu hanya milik asisten dosen atau kakak tingkat yang tengah menyelesaikan penelitian tugas akhir.  

                 Padahal, ketika sebuah ilmu telah mampu diimplementasikan ke tengah masyarakat. Maka paripurnalah keberadaan ilmu itu. Masyarakat yang menerima manfaatnya, tentu akan merasakan kegunaan dari keberadaan kampus di wilayahnya. Dengan demikian, masyarakat akan merasa dekat dan rasa memiliki yang kuat terhadap kampus. Sehingga, label mahasiswa tidak melulu diingat tatkala mereka berdemo memblokir jalan saja atau lewat aksi sosial. Yang sekali lagi, tidak ada sangkut paut dengan aktivitas ilmiah kampus.

                 Dengan sinergi seperti ini, keberadaan institusi kampus akan semakin dihormati, mahasiswanya akan semakin disayangi dan masyarakatnya sendiri bisa menjadi marketing kampus secara tidak langsung dengan memberikan informasi positif begitu ada yang bertanya. Dan dalam jangka panjang, nilai kampus dengan sendiri akan meningkat secara psikologis, di luar akreditasi yang diberikan oleh BAN-PT. Siapa yang tak menginginkan bisa berkuliah di perguruan tinggi idaman seperti ini?

                 Lalu bagaimana bila hal ini kita kaitkan dengan keberadaan Universitas Islam Indonesia? Dengan label Islam, apakah spesifikasi keilmuwan yang ada tidak bisa menerapkan apa yang dibahas di atas?

                 Sepanjang pengetahuan saya, Universitas Islam Indonesia merupakan alih rupa dari Sekolah Tinggi Islam (STI). Namun, bukan sekedar metamorfosis  semata. Sejak tahun 1948, tepatnya tiga tahun setelah didirikan (1945),  STI diubah menjadi Universitas Islam Indonesia. Dengan perubahan ini, kampusnya yang berlokasi di Yogyakarta menjadi lebih lengkap dalam hal fasilitas dan cabang disiplin ilmu berupa penambahan program eksakta untuk memenuhi syarat menjadi sebuah universitas.

                 Dari web resminya, saat ini Universitas Islam Indonesia memiliki 17.000 mahasiswa yang tersebar di berbagai program studi. Pada tahun akademi 2010/2011 ini Universitas Islam Indonesia memiliki 8 (delapan) Fakultas dengan 5 (lima) program Diploma III (D3), 21 (dua puluh satu) program studi strata satu (S1), 3 (tiga) program profesi, 7 (tujuh) program strata 2 (S2) dan 3 (tiga) program strata 3 (S3). Sebagian terbesar dari mereka mendapat akreditasi A dan B dari Badan Akreditasi Nasional (BAN-PT). 

                Sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Pihak kampus tinggal secara terus menerus memberikan edukasi kepada masyarakat. Bahwa perubahan tersebut tidak akan menghilangkan warna islami darinya. Melainkan justru memperkuat pencitraan, bahwa Islam adalah agama rahmatan lil alamin. Ia bisa masuk ke semua pintu selama tidak bertentangan dengan kaidah keilmuwan Islam yang universal. Sesuai visi Universitas Islam Indonesia, yakni belajar di Universitas Islam Indonesia adalah proses penanaman nilai, akhlak dan pembelajaran ilmu pengetahuan bagi siswanya agar mereka dapat berkontribusi dalam memperbaiki kualitas lingkungan di masa depan, atau menjadi insan yang mampu mengemban misi rahmatan lil 'alamiin.

                Dengan demikian, penerapan nilai-nilai pemberdayaan lingkungan oleh sebuah institusi perguruan tinggi bisa juga dilakukan oleh universitas yang berbasis Islam seperti Universitas Islam Indonesia, misalnya. Dengan nilai historis kampus di belakangnya selama 45 tahun, Universitas Islam Indonesia tinggal terus membudayakan inisiatif ketiga komponen yang disebut di atas. Yakni, pihak Universitas Islam Indonesia sendiri, mahasiswa dan masyarakat sekitar kampus. Memang tak mudah mewujudkannya, sebagaimana tak mudah pula bagi saya untuk ikut menyumbangkan ide terbaik guna meramaikan Lomba Blog UII ini. Karena saya pikir, apa yang saya tuangkan dalam tulisan, banyak atau sedikit telah dilakukan oleh pihak kampus.

               Tapi, dengan segala pengalaman yang telah didapat selama ini, Universitas Islam Indonesia telah membuktikan mereka telah berada di jalur yang tepat dalam usaha menjadi perguruan tinggi idaman.  

                Wallahualam.

---

Referensi :

1. http://pmb.uii.ac.id

2. http://unisys.uii.ac.id


2010-03-08

Alhamdulillah, saya menang lagi...

Tags
Syukur Alhamdulillah, mengawali bulan Maret ini saya memenangkan lomba lagi. Kali ini lomba menulis blog, bertajuk Kontributor inspirasi untuk negeri yang digawangi oleh Mas Anjari dan teman-teman dari blogdetik. Baca tulisannya di sini

Yang buat tambah senangnya, tulisan saya memenangkan hadiah pertama. Berupa paket hape modem smart zte c261! Wow, hadiah yang sangat lumayan. Dan lagi, dengan dimuatnya nama saya di blog Mas Anjari, maka secara tidak langsung banyak pengunjung datang ke blog saya. Lumayan menaikkan traffik pengunjung gratis. Terima kasih Mas Anjari. Semoga aneka pemikiran dan inisitif Mas Anjari dalam memberdayakan para blogger disambut hangat dan menjadi prestasi sendiri dalam penghijauan internet yang sehat!

Oya bagi yang ingin melihat pengumumannya ada di sini :
http://anjari.blogdetik.com/2010/03/08/7-postingan-terbaik-inspirasi-negeri/

Sebelumnya, dalam bulan Februari kemaren saya juga banyak mendapat rizki beruntun! Yakni :

1. Memenangkan paket akses AXIS dari lomba blog AXIS-Wongkito Blogger. Plus voucher pulsa Rp500.000, agenda dan kaos serta senyum panitia. Pengumumannya ada di sini. Sedangkan tulisannya yang menang itu cek di sini.

2. Menang undian TTS PC Media. Lumayan hadiahnya berupa memory card SD VenomX 1 GB.
3. Menang undian TTS Koran Tempo. Lumayan dapet seratus ribu rupiah.

Alhamdulilah...

2010-03-01

STOP Pembalakan Liar!