Hari ini (9/11), Nayla putri kami sakit. Badannya panas, mungkin kecapekan dan masuk angin. Karena sehari sebelumnya ia asyik bermain di luar rumah dan sedikit makan. Jadilah hari ini, saya absen ke kantor demi menemani Nayla seharian. Kasihan dia. Matanya redup, pipinya kemerahan dan sering menangis merengek, pertanda ada ketidaknyamanan dalam tubuhnya yang panas itu. Sebagian tugas istri, saya yang handle hari ini. Termasuk berbelanja ke pasar.
Beruntung tugas kantor sudah saya selesaikan semalam dan kirim via email, ke teman satu divisi. Inilah enaknya bila senantiasa terhubung dengan jaringan internet yang stabil. Sampai saat ini, saya hanya mempercayai Internet Service Provider (ISP) Telkom Speedy. Selain stabil, karena keunggulan fixed wired, juga karena masing-masing konsumen mendapat satu unique Internet Protocol (IP) address. Hal yang sangat saya butuhkan untuk menjalankan bisnis daring.
Sebelum berbelanja, saya mampir sebentar ke warnet tak jauh dari pasar. Sekedar mengecek progress bisnis online, ya bisnis sampingan saya di ranah PTC (Paid to Click) dan blog. Setelah klak-klik, tak sampai setengah jam, urusan bisnis online saya selesai. Ketika membayar, hanya Rp 1000. Murah!
Setelah itu saya berbelanja dan bisa kembali pulang ke rumah, yang berjarak kurang lebih dua kilometer. Tak ada waktu satu jam saya habiskan.
Tentang internet sehat, saya memandang terlalu salah kaprah apabila menyerahkan permasalahan internet sehat ini kepada individu semata. Seolah, kunci segala hal ada di tangan konsumen. Padahal, tak akan ada penyalahgunaan internet, bila dari pihak provider (ISP) mampu memberikan pelayanan yang optimal. Terutama berkaitan dengan ketersediaan bandwith, kestabilan jaringan dan keterjangkauan harga yang ditawarkan.
Jaringan broadband yang sering digembar-gemborkan oleh ISP nirkabel, terkadang hanya sesekali saja bisa dinikmati. Semua sangat tergantung dengan keberadaan Base Tranceiver Station (BTS) dan seberapa banyak konsumen yang tersambung dalam satu wilayah dan dalam satu waktu tertentu.
Apalagi, baru satu operator ISP nirkabel yang berani memberikan layanan unique IP bagi konsumennya dalam paket Ultimate. Sayangnya, di daerah saya belum tercover oleh jaringan EVDO Rev A miliknya. Sinyal yang terbaca masih sebatas CDMA 1x. Berbeda jaringan Telkom Speedy yang sudah masuk ke pelosok, menggapai pelanggannya, menumpang jaringan telpon tetap.
Dengan kondisi yang sering turun-naik dan bahkan terputus (disconnect), maka sering kali konsumen menjadi lesu darah untuk menseriusi dunia internet. Yang terjadi adalah, dunia internet menjadi wadah keisengan semata. Saya tersenyum, mengingat anekdot seorang teman, ada dua kemungkinan mengapa Facebook begitu booming di Indonesia. Pertama, orang Indonesia tengah melek internet. Atau yang kedua, menandakan banyak orang Indonesia yang mempunyai waktu luang (baca : tidak punya pekerjaan) sehingga, mempunyai kesempatan yang lapang untuk memasang status atau sekedar comment.
Hal ini diperkuat dengan riset yang dilakukan oleh Cisco Visual Networking Index (VNI). Pertumbuhan mobile internet di Asia Pasifik, termasuk Indonesia, mencapai 119% setiap tahun. Dan sebagian besar koneksi internet yang terjadi hanya untuk membuka situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter. Bisa dimaklumi, karena kedua situs tadi telah menyediakan tampilan situs berformat seluler, sehingga hanya butuh beberapa kilo bita (KB) untuk membukanya. Berbeda dengan akses video macam Youtube, yang rakus bandwith dan tak semua handset mendukungnya. Namun, menurut VNI, aplikasi mobile video nantinya akan mendominasi. Jumlahnya bisa mencapai 66% dari keseluruhan lalu lintas data pada tahun 2014 nanti.
Dari angka pertumbuhan 119% di atas, tiga operator besar, Telkomsel, Indosat dan XL Axiata mencatat pertumbuhan trafik data. Dibanding tahun sebelumnya, Telkomsel mencatat peningkatan komunikasi data sebesar 150%, Indosat (108%) serta XL Axiata mencapai 200%.
Apa artinya data di atas?
Yang pasti, data tersebut menunjukkan bahwa sambungan internet masih dipakai sebatas keisengan saja. Belum serius untuk menggarap potensi internet yang lebih besar. Terutama dalam hal meningkatkan pendapatan ekonomi. Dan saya menganggap, pemanfaatan internet yang hanya sekedar iseng-iseng ini bukanlah bagian dari internet sehat. Karena semakin banyak konsumen yang bertingkah seperti ini, tentu akan membebani pita jaringan yang ada. Maka semakin berat pula bagi konsumen lain dalam jaringan yang sama untuk memanfaatkan internet secara positif dan sehat.
Jadi, buruknya kondisi infrastruktur jaringan yang ada (hardware) serta tingkah polah pengguna internet (brainware) yang cenderung untuk menyalurkan keisengan semata, menjadi ancaman dalam berinternet sehat, lebih parah daripada sekedar memerangi kejahatan macam pornografi dan pembajakan.
Semua kembali kepada individu untuk berlaku sehat di belantara internet. Namun, bila pilihan kesempatan untuk berbuat jelek telah ditambal, dan dipersempit. Niscaya, dengan sendirinya keisengan tersebut akan beralih kepada hal-hal positif dan bahkan menghasilkan dari sudut ekonomi.