2011-08-24

Menerima Rezeki Lebih Awal Dari Rencana

Tags
Kisah seorang sahabat ...

Seorang ibu baru beberapa bulan melahirkan anaknya. Seperti kebanyakan ibu-ibu yang lain, ia pun berdiskusi dan bertanya ke sana-sini untuk menjaga agar bisa merenggangkan jarak usia anak. Terlebih kepada sang suami maupun teman-teman yang sudah berpengalaman. Tidak hanya itu, ia juga intensif mencari jawaban kepada teman-temannya dari kalangan medis. Baik obat medis, herbal atau cara – cara manual. Akhirnya setelah diskusi panjang dan menimbang baik-buruknya, ia bersama suami menjatuhkan pilihan kepada obat herbal.


Tapi, nyatanya setelah beberapa bulan tiba-tiba ia mengandung kembali SubhanAllah.. Saat-saat itu adalah saat terberat baginya. Bukan karena pilihannya meminum obat herbal, tapi karena melihat anak pertamanya yang masih kecil haknya untuk mendapatkan ASI Eksklusif harus terampas. Apa lagi saat ia mau menyusu, ibunya mengalami kontraksi dan harus dihentikan.

Sungguh itu adalah hal yang sangat menyiksa bagi seorang Ibu. Selain itu egoisme diri menjadi salah satu yang memberatkannya untuk bisa menerima kehamilan. Terutama malu, apa kata orang nanti? Hari demi hari ia diskusi dengan suaminya. Baik di motor, menjelang tidur bahkan di setiap kesempatan yang memungkinkan. Ia mencoba terus mencari penguatan diri. Akhirnya mereka sampai pada kesimpulan, Allah ingin mereka belajar menerima dan bersabar atas rezeki yang datang lebih awal dari yang direncanakan.

Kisah ini bertumpuk dengan kisah-kisah lain tentang jodoh dan rezeki. Ada cerita tentang seorang wanita cantik, cerdas dan kaya. Tapi dengan usia yang sudah tidak muda lagi, ia belum juga mendapatkan jodohnya. Dan saat, calon dipertemukan kepadanya, ternyata tidak sesuai dengan keinginan diri. Begitupun dengan keinginan keluarga, tapi ia tetap berusaha menerima dengan lapang dada.

Lain lagi cerita tentang seorang teman yang sudah menikah dan baru berencana ingin memiliki anak setelah usia pernikahannya 6 bulan. Tapi sudah hampir empat tahun menikah, belum juga di karuniai seorang anak pun. Inilah keajaiban rezeki. Kita perlu belajar tentang sifat dan karakteristiknya. Karena tidak semua rezeki mudah kita terima dengan lapang dada, tidak semua rezeki sesuai dengan yang di rencanakan, dan tidak semua yang kita rencanakan akan menjadi rezeki kita.

Sebagai manusia kita sama telah diberikan oleh Allah swt, akal dan pikiran. Dan kita di minta untuk terus menyusun rencana, berusaha mewujudkan rencana dan bertawakal dari rencana kita. Apapun hasilnya itulah rezeki yang ALLAH berikan. Sungguh indah doa rezeki yang terkandung dalam doa Shala Dhuha, “Ya allah bila rezeki kami masih berada di langit, turunkanlah. Bila masih di dalam perut bumi, keluarkanlah. Bila masih sulit, mudahkanlah. Bila masih haram, halalkanlah. Bila masih jauh, dekatkanlah”.
Wallahualam..

2011-08-17

Menjaring Lailatul Qadar

Tags
Menjaga konsistensi sebuah amaliyah, sangatlah berat. Hanya orang yang punya niat kuat, ilmu yang cukup serta tujuan yang jelas saja yang mampu mengamalkan arti konsistensi. Begitu juga ibadah selama Ramadhan. Tujuannya adalah menggapai derajat takwa. Namun, untuk sampai di sana dibutuhkan niat yang kuat dan kecukupan ilmu untuk mengethaui cara menggapainya. Salah satunya dengan menyadari kekhususan yang ada di malam-malam Ramadhan, dialah malam lailatul qadr.

Rasulullah saw bersabda, “Carilah malam lailatul qadr itu pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari). Dengan mengetahui dan meyakini kabar tersebut, insya Allah kita dapat menjaga amal ibadah agar tidak mengalami degradasi. Sebab malam lailatul qadar hanya terjadi sekali dalam setahun. Pahala kebaikan yang dilaksanakan pada malam tersebut tidak tanggung-tanggung, yaitu setara dengan seribu bulan atau seperti beramal selama 83,3 tahun lamanya.
   
Secara logika, siapa yang tidak ingin pahalanya dilipatgandakan sebanyak itu? Oleh karena itu, marilah kita memanfaatkan sepertiga terakhir bulan ini dengan sebaik-baiknya demi memperoleh keutamaan tersebut.

I’tikaf
Sebagian hikmah disunnahkannya i’tikaf (berdiam diri dan beribadah di dalam masjid) pada sepertiga terakhir bulan suci ini adalah agar kita tetap konsisten dan semakin konsentrasi beribadah kepada-Nya. Sebab pada masa tersebut cobaan dan godaan di luar masjid semakin besar. Selain itu, dengan beri’tikaf kita juga memiliki peluang yang besar untuk menjumpai malam lailatul qadar. Sebab malam yang lebih baik daripada seribu bulan itu kita jumpai ketika berada di dalam masjid. Dan rasanya tidak ada aktivitas lain yang dapat dikerjakan di masjid selain beribadah kepada-Nya.

Mengatur WaktuAdakalanya karena satu dan lain hal kita tidak bisa beri’tikaf. Maka hendaknya pada masa tersebut kita dapat mengatur waktu sebaik-baiknya. Misalnya kalaupun kita harus berbelanja pakaian anak-anak di mal atau pusat perbelanjaan lainnya, maka hendaknya dilakukan pada pagi hingga siang hari sebelum waktu ashar.
   
Demikian pula ibu-ibu dan remaja Muslimah secara khusus. Waktu memasak aneka kue serta hidangan persiapan Idul Fitri pun juga hendaknya dapat dilakukan siang hari. Waktu sore hendaknya dipakai untuk istirahat agar pada malam hari tidak kelelahan sehingga dapat beribadah (termasuk shalat tarawih) dengan tenang dan khusyuk.
   
Diharapkan kiat-kiat tersebut dapat membantu kita menghindari degradasi (penurunan) kuantitas dan kualitas ibadah hingga penghujung Ramadhan nanti sehingga kita tampil sebagai pemenang yang hakiki. Mudah-mudahan kita dapat menyongsong hari raya Idul Fitri dalam keadaan bersih tiada dosa seperti bayi yang baru dilahirkan ibunya, karena Allah swt memberikan ridha dan ampunan-Nya kepada kita. Amin. Wallahualam bishawab.

2011-08-16

Degradasi Ramadhan

Tags
Sesungguhnya bagi surga itu ada sebuah pintu yang disebut ‘Rayyaan’. Pada hari kiamat dikatakan : ‘Di mana orang yang puasa (untuk masuk Jannah melalui pintu itu)? Jika yang terakhir di antara mereka sudah memasuki pintu itu, maka ditutuplah pintu itu.(HR Bukhari-Muslim).
Besok kita akan masuk sepertiga terakhir Ramadhan. Sudah menjadi fenomena umum setiap tahunnya di berbagai negara, pada penghujung bulan suci ini terjadi degradasi (penurunan) kuantitas maupun kualitas ibadah sebagian besar umat Islam.

Jika pada sepuluh hari pertama bulan ke-9 dalam penanggalan hijriah terjadi peningkatan kuantitas maupun kualitas ibadah yang dilakukan kaum Muslimin, memasuki sepuluh hari yang kedua degradasi ibadah mulai nampak. Bahkan pada sepuluh hari terakhir tingkat degradasi ibadah semakin parah.

Fenomena tersebut dapat dilihat dari semakin sedikitnya umat Islam yang melaksanakan shalat berjamaah, termasuk shalat tarawih di masjid-masjid. Tadarrus Al Quran juga mulai ditinggalkan. Acara pengajian (taklim) pun semakin sepi peminat. Demikian pula tidak sedikit bentuk amal-amal kebaikan lainnya yang telah ditinggalkan kaum Muslimin.
   
Justru pada sepertiga terakhir Ramadhan umat Islam mulai menyibukkan diri dengan urusan-urusan duniawi, seperti persiapan pesta pada hari raya Idul Fitri yang akan datang. Pasar, mulai dari pasar tradisional hingga pasar modern serta berbagai pusat perbelanjaan termasuk pasar kaget, dipadati kaum Muslimin. Mereka rela antri di area parker, berdesak-desakan di dalam lorong-lorong sempit, bahkan berasa ikhlas antri di kasir-kasir sejumlah departemen store dan supermarket hanya untuk membeli pakaian, makanan, serta barang-barang lainnya yang akan dipakai ketika Idul Fitri.
   
Tak ketinggalan, para ibu dan remaja putri pun banyak yang mengalami degradasi ibadah pada sepuluh hari terakhir Ramadhan karena sibuk memasak aneka kue kering serta mendekor ruang tamu demi menyongsong Idul Fitri. Bahkan mereka juga sibuk memasak aneka macam hidangan makanan dan minuman
   
Aktivitas rutin tahunan yang telah membudaya ini sebenarnya merupakan fenomena yang memprihatinkan kita. Padahal pada sepertiga terakhir Ramadhan kita disunnahkan untuk semakin meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah kepada Allah swt. Sebab keutamaan bulan Ramadhan (seperti pahala yang dilipatgandakan dan kemudahan beramal shaleh) tidak dapat dijumpai pada sebelas bulan lainnya.

KonsistenIbadah di bulan suci Ramadhan sebenarnya dapat diibaratkan sebuah kompetisi olahraga lari marathon. Hanya pelari yang sampai pada garis finish lah dikatakan sebagai pemenangnya. Demikian pula ibadah pada bulan suci ini, hanya mereka yang bertahan melakukan ibadah-ibadah mulia hingga akhir Ramadhan lah yang disebut sebagai pemenangnya. Para pemenang inilah yang akan diberi gelar sebagai orang-orang yang bertaqwa.
   
Untuk bisa bertahan hingga akhir Ramadhan, seorang Muslim harus tetap konsisten dalam menjaga amal ibadahnya. Nabi Muhammad saw memuji konsistensi amal ibadah yang dilakukan umatnya melalui sabdanya, “Sesungguhnya amalan yang dicintai Allah adalah yang dikerjakan secara konsisten meskipun sedikit.(HR. Bukhari).

2011-08-13

Terompah Bilal

Tags

Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Nabi saw pernah bersabda kepada Bilal selepas sholat Subuh, “Ceritakan kepada saya satu amalan yang paling engkau andalkan dalam Islam, karena sesungguhnya pada suatu malam saya mendengar suara terompah  kamu berada di pintu surga”. Bilal berkata : “Saya tidak melakukan sesuatu apapun yang lebih baik melainkan saya tidak pernah bersuci dengan sempurna pada setiap saat, baik malam maupun siang hari kecuali saya selalu melakukan sholat sebanyak yang mampu saya kerjakan”. (HR. Al-Bukhari)

Hadist di atas begitu masyhurnya, sampai-sampai matan dari hadist ini menjadi sandaran bagi amalan shalat sunnah wudhu. Anjuran untuk melaksanakan shalat yang sangat istimewa itu. Namun sekarang kita coba melihat dari sisi lain, faidah dari hadist di atas.

Rasulullah saw merupakan manusia agung yang menjadi contoh paling sempurna dalam hal menyambung silaturahim dan persahabatan. Dari hadist di atas, secara tersirat menunjukkan betapa sifat Rasulullah saw yang begitu paham dengan sifat dan sikap para sahabatnya. Pertanyaannya sederhana saja, bagaimana Rasulullah saw bisa tahu bahwa suara yang ia dengar itu adalah terompahnya punya Bilal? Padahal beliau punya banyak sahabat dan tentunya dari setiap sahabat itu punya terompah juga.

Dan sebagaimana yang kita ketahui, sahabat paling dekat dalam kehidupan Rasulullah adalah Anas bin Malik ra, yang telah menjadi pembantu Rasulullah saw selama bertahun-tahun. Atau tidak pula seperti kedekatan Rasullullah saw dengan sahabat besar lainnya.

Di sinilah letak keagungan Rasulullah dalam menjalin persahabatan. Ia bisa begitu hafal sifat-sifat dari para shahabatnya dengan detil hingga pada masalah-masalah yang remeh sekalipun. Buktinya, beliau mampu mengenali suara terompah Bilal, dan memastikan bahwa itu adalah benar suara terompah Bilal.

Maka, faidah yang bisa kita ambil dari hadits ini, mencontohkan pada kita bagaimana seharusnya bersahabat. Bersahabat bukan berarti hanya sekedar bersalaman, saling menanyakan nama dan kemudian tidak pernah mengobrol lagi. Atau hanya sekedar bersua tatkala ada hajat keperluan saja, namun abai ketika ia sedang dalam kesusahan.

Namun hendaknya kita berusaha menggali siapa sebenarnya shahabat kita. Asalnya dari kota mana, dia anak keberapa, apa kegemarannya, apa makanan favoritnya, apa saja hal-hal yang tidak ia senangi, dan berbagai detil lainnya. Jangan sampai kemudian kita telah bershahabat lama dengan seseorang, tapi tidak tahu bahwa ia ternyata orang Sumatera, tidak tahu bahwa ia ternyata tidak suka makanan pedas, tidak suka bila kebaikannya diungkit dan sebagainya.

Maka, mari bershahabat sebagaimana Nabi saw bershahabat!

2011-08-12

Sedekah untuk Menyembuhkan

Tags


Tak seharusnya sedekah terkungkung dalam level sosial yang rendah. Sedekah identik dengan logam yang dijatuhkan dalam mangkok pengemis. Tak jauh dari bilangan recehan atau seribuan rupiah.
Atau, sedekah identik dengan perkataan ikhlas yang salah kaprah. Memberi harus ikhlas, tak boleh berharap apa-apa. Beri lalu lupakan. Seolah kita tidak butuh dengan sedekah, karena kita hanya ‘membuang’ uang kecil saja dengan sedekah itu. Yang sebenarnya tak bernilai sama sekali untuk kita. Bagaimana kita bisa merasakan berkahnya bila dikerjakan sambil lalu? 

Dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 261, Allah membuat perumpamaan tentang harta yang kita nafkahkan di jalan-Nya dengan benih tanaman yang tumbuh subur. “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir; seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.

Begitu juga dengan sedekah kita, ia menjadi benih yang ditanam di kebun Allah. Kita tak bisa melihatnya, tapi ia tumbuh pesat, bercabang dan beranting yang banyak, lalu berbuah lebat.

Rasulullah saw bersabda, “Obatilah orang-orang yang sakit di antara kalian dengan bersedekah.”

Dalam firman Allah dan sabda rasulullah saw di atas, tampak hubungan indah yang menyiratkan bahwa sedekah kita menjadi tanaman obat yang tumbuh di kebun Allah.

Sebagaimana menanam tanaman obat, seperti mengkudu, mahkota dewa, jahe atau temulawak di kebun belakang rumah, kita sendiri yang akan merasakan manfaatnya pada saat membutuhkan khasiatnya.
Demikianlah, sedekah bisa menjadi tanaman obat yang khasiatnya akan kita rasakan sendiri. Yakinlah, Allah Maha Penyembuh. Namun Dia, sebagai Yang Maha Berkehendak bisa saja memberikan yang lebih Mulia ketimbang kesembuhan jasmani, yaitu kesehatan ruhani.

Ketika jasmani tak kunjung sembuh, atas kehendak-Nya, ruhani tidak ikut sakit, bahkan mencapai kesehatan sempurna. Orang yang sehat ruhaninya akan merasa ketenangan walaupun jasmaninya sakit.

Sebaliknya, orang yang sakit ruhani tidak akan pernah merasakan ketenangan walaupun jasmaninya sehat. Orang yang beriman akan bersyukur karena merasakan gugurnya dosa-dosa ketika sakit.“Tidak ada yang menimpa seorang Muslim dari kepenatan, sakit yang berkesinambungan, kebimbangan, kesedihan, penderitaan, kesusahan, sampai duri yang menusuk dirinya kecuali dengan itu Allah menghapus dosa-dosanya”. (HR Bukhari).

Syaikh Sulaiman bin Abdul Karim Al-Mufarrij berkata, “Wahai saudaraku yang sedang sakit, sedekah yang dimaksudkan dalam hadist ini adalah sedekah yang diniatkan untuk memperoleh kesembuhan. Boleh jadi Anda telah banyak bersedekah, tetapi tidak Anda niatkan untuk mendapatkan kesembuhan dari Allah. Karena itu, cobalah lagi sekarang dan tumbuhkanlah keyakinan bahwa Allah akan menyembuhkan diri anda. Isilah perut para fakir miskin hingga kenyang, atau santunilah anak yatim, atau wakafkanlah harta Anda, atau berilah sedekah amal jariah”.

Subhanallah, Maha Suci Allah.

2011-08-11

Keberkahan Pagi Hari

Tags

Saat kita bangun di pagi hari, apa yang kita rasakan? Menggerutukah atau bersyukur? Menggerutu karena mata masih mengantuk, pinggang terasa sakit serta waktu yang terasa singkat untuk beristirahat. Atau duduk syukur karena masih dibangunkan dalam keadaan segar dan masih bernfas, sembari berucap doa allahumma ahyana ba’dana ama tanaa wailaihinnusyur..

Pagi hari adalah awal waktu bermulanya segala aktivitas. Islam sangat peduli dengan dinamika dan semangat di awal waktu. Setiap hari selalu diawali dengan datangnya pagi, ia merupakan waktu istimewa. Darinya tersemburat simbol kegairahan, kesegaran dan semangat. Barangsiapa merasakan udara pagi niscaya dia akan mengatakan bahwa itulah saat paling segar alias fresh sepanjang hari.

Bagaimana kita memulakan waktu pagi, maka begitu pula yang akan kita rasakan pada hari itu. Pagi sering dikaitkan dengan harapan dan optimisme, keberhasilan dan sukses.
Nabi Muhammad saw berdoa : “Ya Allah, berkahilah ummatku di pagi hari.” Dalam beberapa kesempatan, Rasulullah saw biasa mengirim sariyyah atau pasukan perang di awal pagi dan Sakhru merupakan seorang pedagang, ia biasa mengantar kafilah dagangnya di awal pagi sehingga ia sejahtera dan hartanya bertambah.” (HR Abu Dawud)

Melalui doa di atas Rasulullah saw ingin melihat umatnya menjadi kumpulan manusia yang gemar beraktivitas di awal waktu. Dan hanya mereka yang sungguh-sungguh mengharapkan keberhasilan dan keberkahan-lah yang bakal sanggup berpagi-pagi dalam kesibukan beraktifitas. Oleh karenanya, saudaraku, jangan kecewakan Nabi kita. Janganlah kita jadikan doa beliau tidak terwujud. Marilah kita menjadi ummat yang pandai bersyukur dengan adanya waktu pagi, sehingga senantiasa dilimpahkan berkah karena kita didapati Allah dalam keadaan beramal.

Janganlah kita menjadi seperti sebagian orang di muka bumi yang membiarkan waktu pagi berlalu begitu saja dengan aktifitas tidak produktif, seperti tidur misalnya. Biasanya mereka yang mengisi waktu pagi dengan tidur menjadi pihak yang sering kalah dan merugi. Bagaimana tidak kalah dan merugi? Pagi merupakan waktu yang paling segar dan penuh gairah. Bila di saat paling baik saja seseorang sudah tidak produktif, bagaimana ia bisa diharapkan akan sukses beraktifitas di waktu-waktu lainnya yang kualitasnya tidak lebih baik dari waktu pagi hari?

Mari kita raih keberkahan di pagi hari. Bangun pagi dengan keadaan segar sehingga semakin ringan hati dan lisan ini untuk mengakui kebesaran Allah dengan nikmat pagi harinya. Salah satunya, jangan biasakan begadang di malam hari. Usahakanlah bersegera tidur malam. Selanjutnya, aturlah waktu shalat tahajud, sehingga bisa dekat dengan waktu azan Subuh. “Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda, ‘Syetan akan mengikat tengkuk salah seorang di antara kamu apabila ia tidur dengan tiga ikatan. Syetan men-stempel setiap simpul ikatan atas kalian dengan mengucapkan : ‘Bagimu malam yang panjang maka tidurlah. Apabila ia bangun dan berdzikir kepada Allah ta’aala maka terbukalah satu ikatan. Apabila ia wudhu, terbuka pula satu ikatan. Apabila ia sholat, terbukalah satu ikatan. Maka, di pagi hari ia penuh semangat dan segar. Jika tidak, niscaya di pagi hari perasaannya buruk dan malas.” (HR Bukhari)

2011-08-10

Menjadi Umat Pertengahan

Tags
Sumber : Bounce.com
Semoga kita masih menjadi bagian dari umat muslim yang tentram dan menenangkan. Tentram karena bisa menjadi solusi permasalahan umat yang menginginkan keselamatan dan kedamaian. Selamat di dunia, lebih-lebih selamat di akhirat. Sebagaimana kembali kepada makna dasar salima yuslimu istislaam, yang artinya tunduk atau patuh, agar bisa mencapai yaslamu salaam, yang berarti selamat, sejahtera, atau damai.

Semoga kita bisa menjadi umat pertengahan (ummatan wasathon), umat perantara yang harus menyampaikan kebenaran kepada manusia seluruhnya. Sebagai tanda terima kasih kepada golongan terdahulu yang telah menyampaikan islam kepada kita. Simak firman Allah swt, “Dan demikian pula kami telah menjadikan kamu (umat Islam) “umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu” (QS. Al-baqarah: 143)

Semoga kita masih bisa memantapkan pijakan dalam dunia yang penuh huru-hara dan fitnah ini. Betapa banyak pejuang dan mujahid yang terjebak dalam skenario global. Mereka benar namun keliru. Betapa mereka sebenarnya hanya ‘dikorbankan’ oleh lingkaran setan bernama propaganda. Mereka benar karena menghidupkan sunnah dan berani melaksanakan perintah untuk berjihad. Namun mereka keliru, karena seharusnya bukan di sini tempatnya. Allah memang telah memberikan perintah qital (berperang) sebagaimana irman Allah swt, “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu.” (QS Al Hajj [22] : 39)

Namun, di sini, di Indonesia dalam kondisi damai. Bukan dalam kondisi perang. Sehingga penggunaan cara kekerasan dan tindak pengeboman tidak pada tempatnya, bahkan masjid pun menjadi sasaran, jelas bukan bagian dari ahlakul karimah. Yang dibutuhkan di negeri ini adalah semangat jihad untuk memerangi kemiskinan di tingkat bawah dan korupsi di tingkat atas.

Sebagaimana pun ijtihad para saudara kita yang keliru tersebut, semoga kita bisa tetap menjalankan syariat Islam secara baik dan kaaffah. Tak perduli dunia Barat telah menemukan alasan menunjuk bahwa Islam mengajarkan tindak kekerasan dan terorisme sesuai versi mereka. Dan itulah harapan mereka melalui skenario global yang telah di-grand design berabad-abad lamanya oleh zionis. Apalagi setelah blok Timur runtuh (komunis), maka Barat butuh musuh untuk melanggaengkan kekuasaan sekaligus bagian dari unjuk kekuatan mereka.

Tetaplah kita menjadi umat pertengahan yang tidak radikal, namun tidak pula liberal. Tetaplah menjadi umat yang mampu menunjukkan kasih sayang dalam keadilan, namun dapat bangkit bila ada yang terzalimi. Pun, semoga kita bisa menjadi umat pertengahan yang mampu memberikan wajah damai Islam di negeri dengan populasi Muslim terbanyak ini. Namun juga tidak meminggirkan ajaran jihad bila kondisi memaksa. Semuanya ada bagian, sebagaimana semuanya ada hukum keseimbangan yang mengatur seluruh keharmonisan alam raya ini. Wallahualam bishawab.

2011-08-09

Menikmati Syaban

Tags
Tak ada bulan di luar Ramadhan yang semulia Syaban. Karena di dalamnya, Rasulullah saw memberikan contoh untuk memperbanyak ibadah di dalamnya. Hadist dari Aisyah ra yang diriwayatkan dalam kitab Shahih Muslim  menyebutkan, “Rasulullah saw berpuasa hingga kami mengatakan beliau tidak pernah berbuka, dan beliau berbuka hingga kami mengatakan bahwa beliau tidak pernah puasa. Namun Rasulullah tidak pernah berpuasa sebulan penuh, kecuali pada bulan Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat satu bulan yang paling banyak beliau berpuasa kecuali pada bulan Sya’ban.” (HR. Muslim).

Rasulullah saw, memperbanyak puasa di bulan Syaban hampir-hampir menurut ‘Aisyah beliau saw berpuasa sepanjang waktu. Namun, walau demikian tidak setiap hari di dalam Syaban, Rasulullah saw berpuasa. Karena, hanya di bulan Ramadhan saja ia berpuasa sebulan penuh.

Bahkan di dalam salah satu hadist, disebutkan Rasulullah berdoa menjelang bulan Rajab dan Syaban, agar diberi keberkahan di kedua bulan tersebut dan disampaikan ke bulan Ramadhan. Allahumma baariklana fii rajabba wa syaban, wa balighnaa fii Ramadhan. Sebagian ulama menyebut bahwa hadis di atas lemah (dhaif), namun sebagian ulama berpendapat bahwa hadis lemah dapat digunakan untuk Fadlail A'mal (keutamaan amal). Walaupun hadist tersebut tidak sampai ke level sahih, namun isi di dalamnya adalah anjuran agar setiap mukmin senantiasa memperhatikan waktu-waktu dan usianya untuk tetap berada di dalam kebaikan serta merindukan untuk bertemu dengan bulan mulia, ramadhan. Tentunya ini merupakan sesuatu yang baik.

Dan kandungan hadits tersebut tidaklah bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh para ulama salaf yang senatiasa memberikan perhatian kepada bulan Ramadhan sepanjang tahunnya. Setengah tahun sebelum kedatangan Ramadhan mereka senantiasa berdoa kepada Allah agar dipertemukan dengan bulan mulia tersebut dan setengah tahun setelahnya berdoa agar berbagai ibadah mereka di bulan mulia itu diterima oleh-Nya.
Rasulullah telah memberikan tauladan untuk bersiaga di bulan Rajab dan Syaban. Harapannya, kita tidak lengah dan lalai, sehingga senantiasa muncul ucapan penyesalan di mulut, saat maghrib terakhir di bulan Syaban. “Sudah mau Ramadhan lagi?”, ucapan yang menunjukkan ketidaksiapan seorang insan dalam menghadapi bulan Ramadhan di depan yang penuh ampunan dan berkah.
Maka, penuhilah harapan Nabi kita tercinta itu. Jangan lalai. Mari persiapkan rohani kita, salah satunya dengan mulai mempelajari hal-hal penting yang perlu kita amalkan selama bulan tersebut. Mari buka kembali pelajaran fiqhus-syiyam kita, yaitu  fikih berpuasa yang benar dan sesuai ajaran. Kita sadarkan diri dan kesadaran kita akan pentingnya bulan tersebut bagi agama dan keimanan kita.
Secara fisik, kita juga harus mempersiapkan diri di bulan ini dengan melatih diri memperbanyak ibadah dan khususnya puasa. Itulah salah satu hikmah kita dianjurkan memperbanyak puasa, zikir dan ampunan pada bulan Syaban ini. Perkuat pengingat akan persiapan-persiapan kita dalam menyambut bulan Ramadhan yang penuh maghfirah.
Inilah sebaik-baik pembukaan yang baik (khusnul fathihah). Inilah sebaik-baik perencanaan agar kita tidak lengah dengan kedatangan bulan Ramadhan sehingga pada akhirnya mampu menangkap semua peluang yang ada dan mendapatkan ampunan dari Allah swt. Sehingga, benar-benar kembali fitri di bulan Syawal, layaknya bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya.

Mari saudaraku, persiapkan dari sekarang. Agar benar-benar siap dan sehat dalam menyongsong kedatangan ramadhan, tamu agung yang dirindukan oleh Rasulullah saw dan pengikutnya yang beriman. Wallahualam bishawab.

2011-08-08

Apakah Benar Kita Bertuhankan Allah swt ?

Tags
Hidup di era serba konsumtif dan mengandalkan nafsu keduniawian, perlu rasanya kita merenungkan kembali. Apakah benar Tuhan kita itu Allah swt? Bukan mempertanyakan tentang Allah, melainkan mengkritisi diri kita yang senantiasa menyebut diri beriman kepada Allah, namun perilaku sehari-hari, sikap dan emosi kita sungguh jauh panggang dari api. Terpuruk tak merasa kehadiran Allah. Di puncak tak melihat Allah.

Saudaraku, terkadang kita sering menuhankan hal lain tanpa kita sadari.
Kita sering merasa tak berdaya di saat pekerjaan tak berjalan sesuai rencana.
Kita sering merasa putus asa di saat merasa letih dengan kesabaran.
Dan, kita sering melenakan diri justru saat mendapat banyak kebahagiaan dari-Nya.

Padahal kita masih punya Allah swt.

Tidak ada yang bisa bikin kita sukses, bahagia, kecuali Allah swt.
Tidak ada yang bisa bikin kita menderita, kecuali Allah swt.
Tidak ada yang bisa bikin kita punya duit, kecuali Allah swt.
Tidak ada yang bisa bikin kita hilang uang, hilang segalanya kecuali Allah swt.

Tidak ada yang bisa bikin kita kaya, kecuali Allah swt.
Tidak ada yang bisa bikin kita miskin, kecuali Allah swt.
Tidak ada yang bisa bikin kita sakit, kecuali Allah swt.
Tidak ada yang bisa bikin kita sehat, kecuali Allah swt.

Harusnya tidak ada yang kita takutkan, kecuali Allah swt.
Harusnya tidak ada yang kita khawatirkan, kecuali Allah swt.

Sebab tidak ada yang bisa bikin kita mudharat, kecuali Allah swt.
Sebab tidak ada yang bisa bikin kita manfaat, kecuali Allah swt.
Sebab tidak ada yang bisa bikin kita hidup, kecuali Allah swt.
Sebab tidak ada yang bisa bikin kita mati, kecuali Allah swt.

Maka utamakanlah Allah swt, sebelum yang lain. Ingatlah Allah di setiap aktivitas kita. Islam mengajarkan untuk menjadi muslim yang kaffah, menyeluruh. Segala aspek yang ada dalam tubuh kita haruslah terkait dengan keyakinan kita. Bahwa Allah tidak memisahkan antara dunia dan akhirat. Apa yang kita kerjakan hari ini, pastilah terkait dan memberikan pengaruh kepada kehidupan akhirat.

Allah juga tidak menginginkan kita hanya mendekat kepada-Nya saat kita susah dan melupakannya disaat senang. Allah juga tidak menghendaki hamba-Nya larut dalam kesedihan hingga meniadakan zat yang menciptakannya. Allah itu ada dan akidah yang murni pasti sesuai dengan fitrah manusia. Sesuai dengan kebutuhan manusia dengan timbangan yang sempurna. Tak kurang tak pula lebih.
Wallahualam bishawab.

2011-08-02

IDR Click It Tumbang!

Seusai tarawih malam ketiga tadi, seorang rekan clicker via japri, memberitahu bahwa pelopor PTC lokal IDR Click It, sudah tutup layanannya. Ketika saya buka homepagenya, benar saja. Ada pengumuman dari adminnya. Polos bener, nggak ada layout sama sekali. Kayak kertas putih..

Intinya, IDR menyatakan minta maaf tidak bisa meneruskan kembali bisnis IDR Click it, dikarenakan tidak imbangnya antara iklan yang masuk dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh salah satu pelopor PTC lokal ini. Berikut saya kutipkan sebagian pengumuman di halaman webnya :
Yth. Seluruh Member IDR-Clickit.
Kabar ini kami umumkan berdasarkan evaluasi yang telah kami adakan.
PTC IDR-Clickit ini akan kami tutup.
Keputusan ini kami ambil berdasarkan kecenderungan fluktuasi pemasukan dan pengeluaran PTC IDR-Clickit ini yang tidak lagi terlihat imbang, jumlah pemasangan iklan telah cenderung turun sampai kepada ambang batas yang dapat ditanggung, sehingga iklim bisnis di PTC IDR-Clickit ini kami anggap telah tidak lagi sustainable untuk dilanjutkan kedepan.
Hmmh.. menyedihkan juga.
Mengingat, PTC ini cukup berjaya di tanah air. Yah, begitulah yang terjadi di dunia PTC. Bisnis online yang ditakdirkan berakhir scam. Begitu salah seorang Kaskuser pernah menyebut tentang bisnis ini. Dan terbukti.
Tidak, saya tidak ingin menghakimi atau tertawa di atas sebagian besar kegalauan clicker. Saya juga prihatin, karena saya juga ikut PTC tersebut sebagai member standars dan pernah merasakan dibayar PO dua kali.

Namun, sejak Neobux menurunkan rate click-nya dan Onbux divonis Scam, saya memutuskan akan segera berhenti bermain PTC. Hanya menyisakan beberapa PTC, karena saldonya sebentar lagi akan PO.

Bahkan, akibat terseret arus 'kebangkrutan' IDR Click it ini, PTC lokal lain kena getahnya. Zonaclix misalnya, dikabarkan langsung down-under maintenance, karena banyaknya membernya yang melakukan penarikan invest sehingga terjadi Rush.

Termasuk juga situs Indostarbux, pada Ahad (7/8) situsnya kena deface. Tertulis di main bar-nya tertulis : Hacked by blackscreen, Senin (8/8) di halaman home-nya sudah berganti undermaintenance.

Hacked by blackscreen di home Indostarbux (Minggu, 07/08)
Tampilan Indostarbux pada Senin (08/08)

Dclix juga kena efeknya. Namun, patut diacungin jempol buat clicker di DBClix. Mereka bergotong royong membantu stabilitas DB Clix agar bertahan dan agar AVG-nya cepat stabil. Para member menyumbang pemasangan iklan mini dan micro.



Selamat berjuang!! Soalnya saya juga tengah menunggu proses audit PO kedua saya, selaku member standar. Tapi melihat kondisi seperti ini, ya apa boleh buat, saya menunggu saja sambil prihatin.