2011-10-21

Broken Wallpaper

Tags
Lagi iseng-iseng, melepaskan diri dari tekanan deadline di kantor. Browsing gambar-gambar unik untuk wallpaper. Iseng saya ketik dengan kata kunci broken wallpaper. Ha-ha.., jreng muncul wallpaper yang unik-unik. Sesuai harapan saya, gambar-gambar yang muncul adalah wallpaper windows default, namun diberi 'layar' di atasnya. Sehingga seolah-olah monitor kita pecah dan retak. Ada juga yang ekstrim, sampe komponen di belakangnya kelihatan.

2011-10-14

Manfaat Zakat

Tags
Tak sepatutnya seorang Muslim tak paham dengan Zakat

Senantiasa ada hikmah dan manfaat di setiap perintah yang terdapat dalam Al Quran maupun Al Hadist. Hikmah dan manfaat tersebut terkadang bisa berupa keuntungan duniawi secara kasat mata. Atau bisa pula berupa pelajaran ilmu yang hanya mampu dirasakan oleh hati yang bersih. Termasuk perintah berzakat. Hal ini menunjukkan keharmonisan ajaran Islam dengan fitrah manusia sebagai mahluk ciptaan-Nya.


Kata ‘zakat’ secara bahasa berarti sesuatu yang mempunyai sifat yang suci, berkembang, dan barokah. Dalam surat Maryam [19] ayat 13 misalnya, digunakan kata ‘zakat’ dengan arti suci. Kemudian, dalam surat Annur [24] ayat 21, digunakan kata ‘zaka’ yang berarti bersih (suci) dari keburukan dan kemungkaran.Dan, pada surat At-Taubah [9] ayat 103, digunakan kata ‘tazakki’ dengan arti menyucikan dan dapat berarti menyuburkan dan mengembangkan karena mendapat barokah dari Allah.

Menurut istilah fikih, zakat berarti harta yang wajib dikeluarkan dari kekayaan orang-orang kaya untuk disampaikan kepada orang yang berhak menerimanya dengan aturan-aturan yang telah ditentukan dalam syara.

Dalam Islam, zakat baru disyariatkan pada tahun kedua hijriyah. Meskipun dalam Alquran, khususnya ayat-ayat yang diturunkan di Mekah (Makkiyah), zakat sudah banyak disinggung, secara resmi baru disyariatkan setelah Nabi Muhammad saw hijrah dari Mekah ke Madinah.

Manfaat Zakat
Sudah menjadi tabiat manusia yang menginginkan manfaat dari setiap apa yang mereka kerjakan. Bahkan, banyak yang rela mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk membeli sesuatu, karena dilihatnya ada kemanfaatan yang besar dari barang yang ia beli itu. Lantas bagaimana dengan zakat?

Perlu pemahaman mendasar untuk memberikan penampakan manfaat dari perintah zakat ini. Karena, berbeda dengan aktivitas membeli kemanfaatan lainnya yang bersifat materi, zakat justru melepas harta untuk ‘kepentingan’ orang lain. Orang dipaksa untuk melepas sejumlah harta dari kekayaan yang dimilikinya, namun bukan untuk membeli kesenangan. Melainkan untuk diberikan kepada orang yang sama sekali tidak kita kenal.  Tentu saja pemahaman seperti ini jelas keliru dan boleh dibilang ini sebuah sudut pandang yang egois.

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenangan jiwa bagi mereka dan Allah Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui.” (QS At Taubah [9] : 103)

Ada dua sifat yang tumbuh dalam diri manusia karena keinginan memiliki harta. Sifat yang pertama yaitu tamak, yang kedua yaitu bakhil atau kikir. Karena kedua sifat inilah manusia ingin mengambil serta mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya dan ingin mengeluarkannya kembali dengan sesedikit-dikitnya, yang pada akhirnya manusia menghalalkan segala cara untuk mendapatkan harta sebanyak-banyaknya. Tidak peduli dengan cara yang mereka lakukan walaupun seringkali cara yang mereka gunakan dapat menyakitkan orang lain seperti berbohong, menipu dan mencuri. Kadang-kadang tidak keberatan menganiaya orang lain, asal harta ini jatuh ke tangan kita.
Melalui ayat di atas, Allah swt memerintahkan Rasulullah saw untuk mengambil sebagian dari harta mereka. Tujuannya, membersihkan jiwa mereka yang kemungkinan besar masih tercampur antara amalan baik dengan amalan yang buruk.

Selain itu, ada beberapa hikmah dari perintah zakat di atas, yakni :

Zakat mendidik manusia untuk membersihkan jiwanya dari sifat kikir, tamak, sombong dan angkuh karena kekayaannya. Kalimat perintah ini seakan menunjukkan kekhawatiran bahwa jika tidak ‘dipaksakan’ melalui sebuah perintah, niscaya manusia akan lalai dalam ketamakan harta mereka.

Kunci hikmah berikutnya adalah, zakat dapat dijadikan sebagai salah satu wahana untuk memeratakan tingkat pendapatan masyarakat. Lebih tepatnya lagi, mengurangi jarak kesenjangan dan kecemburuan sosial yang timbul akibat perbedaan pendapatan dan kesejahteraan.

Dengan mengeluarkan zakat maka harta itu akan menjadi tumbuh, berkembang dan berkah. Ibarat bibit, maka harta yang telah dizakati itu adalah bibit unggul karena telah dibersihkan dengan zakat. Sebuah perumpamaan yang sangat indah tentang ibadah individu di satu sisi dan ibadah sosial di salah satu sisinya.

Sebagaimana poin kedua, sebentuk perhatian melalui zakat akan membuka pintu kasih sayang dan peduli terhadap sesama muslim. Memberikan rasa optimisme bagi fakir miskin karena merasa masih ada yang peduli dengan mereka. Wallahualam

2011-10-11

Bukti Pembayaran Cek Global Test Market

Kiriman Cek dari Luar Negeri

Senin (10/11), setelah menunggu hampir dua bulan, kiriman cek dari Global Test Market datang juga ke kantor. Setelah dibuka, ada selembar surat dan cekk sebesar **Rp404.530,74** Alhamdulillah, ternyata Global Test Market benar-benar membayar surveyornya. Rupanya, bayaran saya yang sebesar $50, langsung dikonversi ke dalam rupiah. Duh senangnya..
Cek pembayaran senilai Rp 404.530,74

Sekedar flash back, saya melakukan reedem pada tanggal 18 Agustus 2011. Marketpoints minimal untuk melakukan reedem adalah 1000 dan bisa ditukar dengan cek senilai $50. Artinya, jarak antara pengajuan reedem hingga sampai ke alamat, sekitar tujuh minggu.
Namun pertanyaan selanjutnya, di mana saya dapat mencairkannya? Soalnya, nama bank yang mengeluarkannya adalah The Royal Bank of Sotlands (RBS). Setelah dibrowsing, kedudukan RBS di Indonesia cuma ada di Jakarta.

Ah, urusan lah, yang penting ceknya sampe dulu. Apalagi kayaknya, cek yang dikirim ini tidak ada batas waktu pencairannya. Saya googling dulu, ntar kalau sudah bisa saya bagi ceritanya.. Doakan sukses ya, pengalaman pertama nih dapet cek dari luar negeri.. :)
Salam!!

Update --
Simak kisah pencairan cek saya selanjutnya di SINI dan di SINI

2011-10-06

Resensi : "Curhat Tita"

Banyak alternatif buku untuk pelepas penat setelah sibuk beraktivitas. Dan di antara buku-buku yang ada, banyak pula buku alternatif yang berbeda dan unik.

Salah satunya, adalah Curhat Tita yang dibuat oleh Tita Larasati. Dari covernya, Tita mencoba mengusung genre baru, Graphic Diary. Ya, semacam  jurnal bergambar yang menceritakan hal-hal sepele dalam kehidupannya.

Hampir tak ada gambar sempurna yang bisa kita temui di dalam buku ini. Itupun kalau kita memberikan aturan bahwa gambar sempurna adalah yang memiliki satu tarikan garis dominan saja. Tidak terjadi pengulangan garis dari ilustrasi yang terbentuk dan distorsi yang tak perlu.

Karena sesungguhnya, gambar yang dimuat dalam buku setipis 88 halaman ini, adalah hasil seleksi dari sekian banyak coretan sketsa kasar yang dibuatnya saat waktu-waktu perlu dibuangnya. Ia mengaku, selama tinggal di Belanda, waktu yang ia miliki banyak terbuang dalam bentuk kerja : Menunggu! (Killing Time at Heinekenplein)

Menurut penuturannya di bagian selimut bukunya, saat awal-awal tinggal di Jerman (ia sempat magang di Jerman selama satu tahun) ia rutin mengabari keluarga di Indonesia dengan cara mengirimkan coretan sketsa di kertas berukuran A4 melalui mesin faks. Dan tak dinyana, keluarga di Indonesia kemudian mengcopy dan disebarkan ke saudara-saudara dan teman-teman lain. Ketika itulah ia tahu, bahwa curhat dan catatan hariannya juga telah menjadi milik orang lain.

Keseluruhan gambar yang terangkum dalam Curhat Tita ini menggunakan bahasa Inggris, entah apa alasannya. Mungkin ia lebih nyaman mengungkapkan ekspresi hatinya dengan bahasa inggris, karena kosakata bahasa inggris yang cenderung lebih singkat dan straight ke makna sesungguhnya. Salah satunya dalam fragmen : "Things to do when you're a tourist in Amsterdam', ia menganjurkan untuk tak sungkan melebur dengan aktivitas masyarakat yang ditemui. Kalau kebetulan melintas daerah esek-esek (red light district - Ia menyebutkan sedemikian) jangan lupa sambil menetang kaleng bir, atau singgahlah ke toko kopi dan pesanlah minuman atau yang agak unik, berjalan keliling sambil membawa tas segitiga poster museum. Maksudnya mungkin biar kita nggak terlihat aneh.  Dan nasihat paling penting, bawalah peta agar tidak tersesat!

Tita Larasati, merupakan jebolan Desain Produk Industri ITB. Pada awal 1998, ia pergi ke Belanda untuk melanjutkan studi. Setelah mendapatkan gelasr doktor dari Universitas Teknologi Delft, di awal 2007 ia kembali ke Indonesia. Selama tinggal di Belanda, kegemarannya pada komik membuatnya terlibat dalam beberapa acara, pameran dan workshop.

Buku Curhat Tita ini bukanlah buku baru, karena dirilis pada di tahun 2008. Dan karena buku yang saya dapatkan ini merupakan cetakan pertama, jadi saya kurang tahu dan pula kurang informasi, sudah berapa kali mengalami cetak ulang. Kalaupun memang hanya sekali dicetak, yah apa boleh buat berarti karya eksperimental ini kurang disenangi oleh pasar yang terlalu disesaki oleh manga dan kawan-kawan.

Sebagai sebuah karya eksperimen dan berada di luar jalur arus utama yang ada, resiko seperti ini harus diterima. Biasalah, resiko bisnis yang mempertimbangkan selera pasar. Paling tidak bila sebuah karya tak mampu memenuhi selera pasar, ia akan mudah mengambil ceruk sebagai medium ekspresi berkesenian.

Gambar imut dan maha sederhana yang ia buat sebagai tokoh utama dalam setiap ceritanya, merupakan representasi dirinya baik secara fisik maupun cerita yang dialaminya. Muka bulat tomat, dengan dua titik saja yang menandai mata dan hidung yang baru muncul bila ia sedang melihat ke samping serta baju kemeja kotak-kotak, berhasil mewujudkan citra dirinya sepenuhnya.

Saya sendiri mengenal seorang Tita Larasati dari milis komik alternatif. Dan menjadi istimewa di mata saya, karena ia membuat komik yang berbeda dengan mainstream yang ada. Dan itu aku suka! Satu-satunya kekurangan yang ada pada buku Curhat Tita ini adalah kualitas lem covernya yang buruk, sehingga baru baca dua kali saja, covernya sudah renggang mau lepas. Salam komik!


2011-10-05

Resensi "Hidup Itu Indah"

Edan! Maut! Nekat! Gila!

Entah idiom apalagi yang bisa saya sampirkan untuk Komik Opini bertajuk 'Hidup Itu Indah' terbitan Cendana Art Media. Terus terang saja, baru kali ini saya membaca buku yang mampu mengulek-ulek perasaan saya jadi gemas, geram, tersinggung atau malah latah ikut-ikutan untuk memberi label 'sesat' atau yang lebih halus sedikit 'mbeling' untuk pengarangnya!
Awalnya, saya tertarik untuk membaca buku ini karena dipromosikan oleh Mas Beng Rahadian, 'bapaknya' Abdul Selotif di wall Facebook. Beliau ini salah satu kartunis favorit saya. Saya kirain ini karya Mas Beng, tapi ternyata cuma sebatas editornya saja.

Trus, baru terakhir-terakhir ini saya berkesempatan memesannya via bukabuku.com. Penyebabnya, lewat Comical Magz edisi September, terpampang headline 'Aji Prasetyo : Komikus yang Dikafirkan'. Waduh! Saya jadi penasaran, apa yang menyebabkannya mendapat labelisasi seperti itu.

Diawali dengan komik singkat tentang Obituari untuk sahabatnya, buku ini diawali dengan Bab I yang bertajuk Hidup Itu Indah. Saya lahap komik dan narasi opininya dengan bergairah. Semuanya menceritakan tentang aspek sosial, kisah pertemanan, dan kisah-kisah terpinggirkan lainnya. Kenapa bergairah? Karena gambarnya bagus-bagus, tanpa ada rasa manga sama sekali. Berasa lokalnya. Tulisannya pun enak banget dibaca, khas tulisan pemerhati sosial.

Oya, buku ini diberi klasifikasi komik opini. Pas sekali, karena isinya, ya komik - ya opini. Disebut komik yang menyampaikan opini komikusnya. Atau benar-benar opini yang menjauhi bahasa gambar, berupa tulisan artikel. Tapi semuanya tetap menyenangkan untuk dibaca dengan pikiran terbuka.

Kenapa harus terbuka? Karena, begitu anda memasuki Bab II Komoditi itu Bernama Agama, mulailah emosi pembaca dimain-mainkan oleh ide-ide 'liar' sang pengarang, yang ternyata tidak berprofesi murni sebagai komikus.

Semuanya dapet giliran untuk dihujat - tak perlu lagi memakai bahasa halus 'disentil' misalnya. Karena, Aji sendiri tak sungkan membiarkan kalimat-kalimat khas garis keras, dipakai dalam dialog ataupun narasi komiknya. Sebut saja radikal, teroris, bidah dan kafir dan sejenisnya.

Orang yang mempunyai pemikiran semacam FPI atau aktivis muslim fanatik, pastilah akan tertampar keras dengannya. Bahkan, beberapa opini yang diangkatnya, menjungkirbalikkan kemapanan berpikir sekaligus menyerang secara frontal kaum agamawan (Diwakili dalam opini Setan Menggugat atau yang ini Down to Earth Yuk?), politisi (Adalah Tema yang Membosankan) atau bahkan orang media sendiri (Suatu Siang di Depan Televisi; de Reality Show)

Benar-benar harus bisa menerima perbedaan pendapat bila ingin membaca buku ini. Kalau tidak, saya sarankan jangan baca! Masih banyak buku lain yang bisa memberi manfaat untuk Anda.

Tapi ya dasar manusia, semakin dilarang semakin besar keingintahuannya. Ya sudah, silahkan tanggung sendiri akibatnya!

Saya tidak berada dalam posisi untuk mengatakan karya Aji Prasetyo ini salah atau benar. Walau, di bagian hati kecil saya ada beberapa fragmen dan cerita yang benar-benar menyinggung secara frontal. Tapi okelah, saya anggap itu bagian dari kebebasan berpendapat.

Bahwa buku Hidup Itu Indah terlalu nekat (bukan hanya berani) saya jawab IYA! Wilayah yang dibahasnya jelas menyerempet wilayah kritis yang bisa saja 'membahayakan' jiwanya. Oh tidak, saya tidak mengancam. Tapi pilihan Aji untuk mengangkat radikalisasi agama Islam tentu sudah pasti akan menyinggung kelompok dan kalangan tertentu.

Sebenarnya banyak tema yang dibahas oleh Aji secara indah, diluar tema-tema sensitif di atas. Ada tentang Potret pendidikan anak miskin, benturan budaya Barat-Arab-Lokal. Tentang Perang Jawa (Diponegoro) tentang sinetron dan lainnya. Namun tetap saja, kegeraman seorang Aji terhadap aliran Islam garis keras tertentu yang dengan mudahnya mengkafirkan, membidahkan, menghalalkan darah muslim yang tidak sepaham terasa kuat sekali meledak-ledak di sini. Semoga ini sebatas opini yang diharapkan menjadi perhatian semua pihak. Bukan sekedar muntahan kemarahan yang dijiwai oleh kebencian.

Sekali lagi, karya Aji Prasetyo ini anggap saja sebagai sebuah hasil kreativitas, tidak perlu ditanggapi secara berlebihan. Apalagi sampai main vonis. Bersikap elegan tentu lebih baik. Kalau tidak suka, jangan teruskan membacanya. Kalau merasa ada yang perlu diklarifikasi, silahkan langsung ke pengarang. Punya kemampuan menganalisis dan punya teman bisa menggambar komik? Oh, itu malah keren bila mampu mengcounternya dengan buku dan medium yang sama. Saya malah bersedia berkolaborasi (*Promosi gratisan he-he..) Dengan demikian makin banyak karya-karya cerdas yang bisa disandingkan secara sehat dan tak perlu maen bakar atau maen gontok-gontokan.

Menjelang akhir bukunya, Aji Prasetyo cukup cerdas untuk menetralisir emosi pembacanya dengan menghadirkan kisah 'Boneng and The Gang' di bagian akhir. Tidak dalam bentuk komik ataupun kartun, melainkan mirip sebuah cerpen. Salut untuk keberanian seorang Aji dalam beropini!!

Palembang, 05 Oktober 2011

2011-10-04

Zakat, Rukun Islam yang Terkerdilkan

Tags
Islam terdiri dari lima perkara. Setidaknya sedari kecil kita telah dididik dengannya. Bahwa Islam itu adalah (1) Mengucapkan dua kalimat syahadat, (2) Menegakkan shalat, (3) Menunaikan Zakat, (4) Melaksanakan haji dan (5) Berpuasa di Bulan Ramadhan.  (HR Turmudzi dan Muslim/Lihat hadist ke-3 Hadist Arbain).

Foto : Anton Dakarola/DSIM
Dengan kelima pilar tersebut, keislaman didirikan. Baik sebagai individu maupun Islam secara keseluruhan. Kalimat tauhid yang terangkum dalam kalimat syahadat, sering kita baca di dalam shalat. Dan ia ditempatkan dalam urutan pertama, karena merupakan ikrar akidah seorang Muslim. Di urutan kedua ada shalat yang menjadi pembeda umat muslim dengan umat lainnya. Kemudian selanjutnya, ada kewajiban zakat yang mengikat umat Muslim setelah shalat.

Tak kurang ada puluhan ayat yang menggandengkan antara shalat dan zakat.
Hal ini mempertegas pola hubungan antara shalat dan zakat. Bahwa Islam tak menghendaki umatnya hanya asyik masyuk dengan dirinya sendiri tanpa mengindahkan saudara dan tetangga sekitarnya yang mungkin berada dalam kekurangan. Sebuah rangkaian indah antara ibadah individu dengan ibadah sosial.

Selanjutnya, pilar keislaman diperkuat oleh ibadah haji. Namun tidak semua orang dapat langsung menunaikannya. Karena ia terikat dengan waktu, tempat dan juga biaya. Biaya haji terus merangkak naik setiap tahunnya. Dan mereka yang mendaftar belakangan ini, harus rela antri dan diberangkatkan dua atau tiga tahun mendatang. Walau demikian, minat orang untuk menunaikan ibadah haji tidak surut.

Yang terakhir pilar puasa di bulan Ramadhan. Ia menjadi semacam ibadah pemungkas yang unik. Karena, dengannya Allah menjanjikan level ketakwaan. Dan Allah sendiri yang akan membalasnya.

Dari sekian banyak pilar di atas, pilar yang paling popular adalah haji. Walaupun mahal dan berat, namun janji haji mabrur dan titel haji ketika kembali ke tanah air, membuat ibadah ini menjadi demikian diminati. Setidaknya memberikan pengaruh terhadap status sosial di mata masyarakat.

Sedangkan pilar yang sering dianaktirikan adalah ibadah zakat. Bahkan saking tidak populernya, zakat sering dikerdilkan sebatas zakat fitrah. Padahal sebagaimana ayat di atas, shalat dan zakat seharusnya tidak dipisahkan. Sebagaimana kehidupan dunia dan akhirat tidak perlu mengalami dikotomi. Islam bukanlah sebagaimana pandangan kaum sekularisme yang menghendaki pemisahan antara kehidupan pribadi dengan kehidupan publik. Atau seperti pialang, yang memisahkan bisnis dengan moral. Atau seperti para politikus, yang memisahkan antara kepentingan orang banyak dengan kepentingan partainya.

Berdasarkan kitab-kitab fikih klasik, zakat dikenali ada beberapa macam. Yakni zakat mal, zakat pertanian, zakat peternakan dan lainnya. Sedangkan dalam kajian fikih kontemporer muncul zakat profesi, zakat perdagangan sebagai bentuk fleksibiltas ilmu fikih dalam takaran keadilan memandang semakin variatifnya jenis profesi yang ditemukan sekarang.

Lantas, mengapa zakat menjadi tidak populer? Banyak pakar dan analis muslim menyebutkan, ketidakpopulerannya disebabkan karena yang menikmati ‘hasil’ dari ibadah zakat ini adalah orang lain. Bukan orang yang berzakat.

Seperti ibadah shalat, langsung merasakan manfaatnya di dirinya sendiri, tergantung tingkat kekhusyukannya. Haji, bahkan orang sekampung menjadi tahu tentang status sosialnya sekarang.

Namun, tidak dengan zakat. Maksudnya, manfaatnya tidak dirasakan langsung. Karena, dalam prakteknya mereka dilarang untuk mengungkit-ungkit pemberian kepada orang lain. Ini masalah keikhlasan. Saking ingin ikhlasnya, dan benar-benar tidak berasa, pemberian derma dibuat sedemikian kecil nyaris tak bernominal. Dalam kisaran 500 hingga seribu perak saja. Mereka berlindung kepada pemahaman makna ngawur dari kata ikhlas tadi.

Pola pikir sedemikian, ikut membantu membenamkan pilar zakat dalam pusaran ketidak berdayaannya. Zakat menjadi terasingkan di tangan seorang muslim sendiri. Ia dikerdilkan sebatas zakat fitrah. Ia dibebankan kepada para petani saja melalui zakat pertanian. Adilkah bila petani yang berkotor-kotor di sawah bermandi keringat di bawah terik matahari dengan hasil tak seberapa, harus mengeluarkan zakat antara 5% - 10%. Sedangkan mereka yang ngadem di ruangan AC, dengan pekerjaan hanya menorehkan tanda tangan, tidak terkena kewajiban zakat profesi?

Begitulah. Zakat seakan menjadi pemanis di akhir Ramadhan saja. Selebihnya zakat menjadi sangat tergantung dengan ‘hidayah’ atau iming-iming bahwa zakat dan sedekah kita akan dilipatgandakan oleh Allah, sepuluh seratus hingga tujuh ratus kali lipat. Ah, betapa bakhilnya kita terhadap Allah. Padahal ia telah melingkupi hidup dan bumi ini dengan sifat Rahman dan Rahim-Nya. Wallahualam bishawab.

2011-10-03

Tak Rugi Berpikiran Positif

Tags

Teman, jangan larut dalam penyesalan setelah bulan Ramadhan berlalu. Masih ada sebelas bulan bagi kita untuk memperbaiki amalan-amalan kita yang mungkin masih bolong. Tetap berpikir positif dalam memandang hidup, bahwa kesempatan tetap terbentang luas. Psikolog berpendapat, "Your perception is your project". Apa yang kita pikirkan maka itulah yang bakal kita dapatkan.