2014-11-06

Bukti Pembayaran Cek Global Test Market (3)

Baik, kita lanjut kisah tentang perjuangan bagaimana mencairkan cek Global Test Market. Jangan lupa baca bagian 1 dan Bagian 2 nya ya.. :)

----

Pengajuan Cek Kedua
Karena jumlah poin di akun Global Test Market saya sudah melebihi 2000 poin, maka saya segera mengajukan penebusan poin dengan cek senilai $100. Walaupun ada sedikit kekhawatiran akan mengalami hal yang sama dengan cek pertama, namun saya tetap mengajukan klaim.

Dan tepat 21 Juni saya mengajukan klaim cek senilai $100.


Pencairan Cek Global Test Market

Walaupun saya tahu, meskipun dengan exchange rate dolar AS sekarang yang rata-rata berkisar Rp12.000, cek yang akan saya terima tidak akan bulat Rp1,2 juta. Bisa jadi jauh di bawah itu. Mungkin pajak, mungkin biaya admin, atau biaya-biaya lain. Seperti halnya, saat reedem cek senilai $50. Yang saya terima bukanlah Rp500 ribu, malah Rp404.000. Rugi juga sebenarnya..

Dan saya pun menunggu dua kabar baik dari Global Test Market..

Tanya Admin GTM lagi
Tanggal 19 Agustus 2014, saya kembali menanyakan surat yang saya kirimkan beserta dua cek yang ditolak oleh pihak bank di Indonesia :

Pencairan Cek Global Test Market

Dan jawabannya menyenangkan, bahwa cek saya telah dievaluasi dan segera dikirimkan. Artinya, surat saya sudah sampai ke mereka :)) Sampai saja syukur, hahaha..


Bukti Pembayaran Cek Global Test Market

Menunggu lagi
Ya, mau apalagi? Harus menunggu dulu. Wong kiriman dari Jakarta ke Palembang saja musti memakan minimal 1 hari. Lha ini kan dari Amrik sono, Kanada. Hehe..

Iya tetep, sambil menunggu, rutin mengisi survey.

Dan tepat sepuluh minggu seperti yang dijanjikan tiba, awal Oktober 2014. Saya tunggu-tunggu ceknya tapi ternyata belum ada. Memasuki pekan ke-12, barulah cek reedem kedua tiba dengan selamat di kantor. Nilainya Rp1.080.000 sekian-sekian..

Cek Global Test Market

Alhamdulillah, akhirnya penantian itu berakhir manis. Segera saja, selang beberapa hari kemudian tepatnya Senin (6/10/2014) saya ajukan pencairan cek ke BCA. Mulanya dengan metode warkat. Namun, kemudian saya dihubungi oleh pihak bank, bahwa cek tersebut musti dicairkan dengan metode inkaso (Jujur saya nggak ngeh apa arti istilah perbankan di atas). Karena bank RBS yang mengeluarkan cek tersebut tidak mempunyai cabang di Palembang.

Dan saya dikenakan biaya Rp 10.000. Dijanjikan waktunya kurang lebih dua minggu dan akan langsung ditransfer ke rekening BCA saya. Janji lagi.. :')

Akhirnya Cek Itu Cair Juga
Senin (13/10/2014), saya cek ke ATM BCA. Nggak sabaran. Dan ternyata belum ada. Pikir positif aja, kan janjinya dua minggu, bukan seminggu.

Lalu Rabu (15/10/2014) saya datang lagi ke ATM yang sama. Dan alhamdulillah.. ada dana yang masuk sebesar Rp1.019.000. Lha, yang Rp61.000 mana ya?

Apa dipotong oleh sistem bank, karena ATM saya udah sekian bulan Rp0. Jadi biaya adminnya dirapel. Ya nggak apa-apa deh, yang penting uangnya masuk dulu. Alhamdulillah..

Seolah melengkapi kegembiraan, cek pertama yang terkatung-katung sejak tahun 2011, akhirnya tiba juga pada Selasa (5/11/2014). Tak sabar hati ingin seger mencairkannya. Nilainya tak kurang tak lebih, sama seperti cek pertama dan kedua yang gagal maning..

Lihat gambar cek di bawah yang tertanggal 15 September 2014 :

Cara Mencairkan Cek Global Test Market

Kesimpulan
Walau mungkin proses pencairannya terasa sangat ribet, namun hal ini menunjukkan bahwa Global Test Market Bukan Scam seperti yang dituduhkan oleh banyak orang. Susah mungkin, tetapi bukan berarti Scam. Buktinya, respon admin GTM cukup baik. Dan walau berbeda negara dengan jarak yang sangat jauh, GTM tetap melayani pengiriman cek walaupun berkali-kali. Trims Global Test Market!

Demikian pengalaman saya dalam mencairkan cek Global Test Market. Walaupun terasa melelahkan namun hasilnya manis. Ayo yang punya pengalaman dengan cek Global Test Marketnya di bagian komen..

2014-11-05

Bukti Pembayaran Cek Global Test Market (2)


Cek Global Test market

Sebelumnya saya pernah menuliskan artikel tentang bukti pembayaran cek global test market di sini. Dan tahukah kamu bahwa sampai saat ini (5/11/2014) cek tersebut belum dapat dicairkan oleh saya. Ceritanya amat panjang. Mudah-mudahan bisa saya tuliskan secara tuntas dalam tulisan kedua ini.

Apakah Global Test Market scam? Pertanyaan ini sempat muncul, wajar saja karena saya merasa lelah mengurus pencairannya. Dan beginilah cerita selengkapnya..

----

Mencari Informasi
Saat pertama kali cek tersebut datang, saya sudah mencari-cari informasi di internet, tentang bagaimana cara mencairkan cek Global Test Market tersebut. Beberapa blogger ada yang menginformasikan bank yang bisa mencairkan tersebut adalah Bank BRI, trus Bank Sumsel-Babel (BPD) dan lainnya.

Akhirnya, demi hendak mencairkan cek tersebut, saya pun sengaja membuka rekening di Bank BRI. Pertama pengajuan sepertinya gampang. Disuruh datang pagi-pagi, karena pencarian cek lintas bank itu limit waktunya sempit. Cuma dari jam 8 - 9 pagi saja setiap hari kerja. Begitu datang, lalu saya menghadap customer service trus kena beban pencairan Rp5.000. Lalu disuruh ke bagian belakang kantor. Entah lupa bagian apa, soalnya sudah terjadi tahun 2012 lalu.

Dijanjikan, uang akan otomatis masuk ke rekening BRI dalam kurun 2 minggu dan jika pun ada masalah akan dihubungi oleh pihak Bank. Saya pun pulang dengan hati penuh harap. Lumayan uangnya buat jajan.

Seiring waktu, lima minggu sudah, saya keseringan bolak-balik ke ATM BRI dan keluar kotak kaca itu dengan murung karena belum ada transferan yang masuk. Kembali saya mendatangi kantor BRI cabang utama di Palembang. Dan saya mendapat jawaban tidak enak, bahwa ceknya tidak dapat dicairkan. Dengan alasan, melanggar kesepakatan.

Saya tidak terlalu mengerti. Tapi saya cukup kecewa. Kecewa karena tidak bisa dicairkan, kedua kecewa karena saya tidak dihubungi seperti janji di awal. Hilang waktu sebulan hanya untuk menunggu yang tak pasti. Dan cek itupun saya simpan. Lalu, saya adukan ke customer service GTM bahwa cek tersebut bermasalah dan tidak dapat dicairkan oleh pihak Bank.

Kiriman Cek Kedua
Selisih lima minggu kemudian (saya lupa tanggal persisnya), datanglah cek kedua, dengan nominal yang sama. Disertai surat permohonan maaf, karena diakui memang cek sebelumnya bermasalah. Dan lagi-lagi saya tidak terlalu kritis untuk menanggapinya. Pikiran saya cukup sederhana, bagaimana caranya mencairkan cek Global Test Market tersebut dengan segera.

Kembali saya datangi Bank BRI lagi, dan mengikuti prosedur seperti semula dan kembali digiring ke ruangan di bagian belakang gedung. Di sini saya serahkan cek kedua tadi. Tak seperti sebelumnya, yang segera ditindaklanjuti dengan memberikan stempel warkat/ inkaso di cek tersebut. Saat itu, saya malah dibingungkan oleh informasi bahwa cek saya tidak mungkin dicairkan. Entah apa alasannya. Dan mereka pun 'menakut-nakuti', bahwa kalaupun bisa dicairkan maka biayanya besar, bisa sekitar $20.

Saya menelan ludah. Cek cuma Rp400ribuan, mau dipotong pula Rp200 ribu. Ah, saya mengkeret. Sudahlah tidak jadi saja.

Cek GTM pun berdebu
Minggu berganti minggu, bulan berganti nama. Dan setahun pun terlewatkan, sampai kemudian timbul keinginan untuk coba mencairkan cek global test market tersebut di BCA. Karena, dapat informasi dari kawan-kawan blogger melalui kolom komentar pada tulisan saya sebelumnya, bahwa BCA lebih gampang urusannya. Pun juga potongannya pun cuma Rp10.000 untuk jasa Inkaso.

Awal April 2014, saya  buka rekening BCA dan mulai mengajukan permohonan jasa pencairan cek dengan metode Inkaso. Sepertinya gampang dan tidak bermasalah. Pelayanan BCA memang tokcer. Gak pake ribet.

Namun sayangnya, saat sudah di depan teller-nya yang cantik, cek saya diperiksa. Ternyata cek tersebut sudah kadaluarsa alias expired. Karena udah lewat setahun.

Bibir saya mengulas senyum kecut. "Aih, lagi-lagi..", menggumam. Dengan perasaan kecewa saya segera meninggalkan kantor BCA.

Malamnya saya pun 'menggugat GTM' :

Pencairan cek Global Test Market
Dan tak membutuhkan waktu lama, admin GTM pun membalas :

Pencairan cek Global Test Market

Intinya, setelah saya menyampaikan keberatan, karena cek tak kunjung bisa dicairkan dan pula sudah expired, jawabannya saya disuruh mengembalikan kedua cek tersebut via pos.

Whaaaa...t?

Ini pertama kali pengalaman kirim pos keluar negeri. Sebelumnya cuma sering menerima saja. Saya nekat-nekatan sajalah, berapa pun biayanya. Maka tanggal 28 April 2014, saya kirim balik kedua cek tersebut via EMS. Kena ongkos Rp15.000, yang biasa, yang tidak ada jaminan sampai atau tidak, yang tidak akan dikembalikan jika alamat tidak ditemukan, bla-bla.. Panjang lebar mbak di bagian pos luar negeri itu menjelaskan.

Terserahlah bathin saya. Pokoknya saya kirim saja dulu. Dijanjikan sekitar satu bulan baru nyampe ke Kanada. (Wuehehehe... kedengarannya keren gitu yah bisa kirim pos keluar negeri).

Hitungannya, empat bulan pengiriman ditambah waktu penerbitan cek (re-issued) dan waktu pengiriman sepuluh minggu, jadi saya kembali harus bersabar sekitar lima belas minggu. Dibulatkan menjadi empat bulan.

Huff..
Walaupun merasa 'dipermainkan', namun saya tetap berusaha menyelesaikan survei demi survei yang dikirimkan kepada saya. Dan tak menyangka, berkat kesabaran menunda redeem point, poin saya sudah lewat 2000. Artinya saya sudah bisa menebusnya dengan cek senilai $100. Lumayan juga ya..

Walau terbayang apakah cek ketiga penarikan kedua ini akan mengalami hal yang sama pula, wallahualam..

Keknya kepanjangan ya, kita sambung pada postingan berikutnya.. :) (*)

2014-11-03

Kisah Pemuda yang Mengejar Wanita Sempurna

Wanita Sempurna

Tersebutlah sebuah kisah tentang seorang pemuda yang hidup di Perth, Australia. Setelah menyelesaikan studi S1 dan bekerja di tempat yang cukup untuk menghidupinya, ia pun merasa sudah saatnya untuk mencari pasangan hidup yang sempurna.

Maka, ia pun mulai mencari-cari informasi untuk mendapatkan perempuan yang ia kira layak untuk menjadi istrinya. Wanita yang sempurna, baik dari segi fisik, kemampuan hingga hubungan sosial. Ia pun menjelajah ke seluruh negeri. Untuk menemukan sosok wanita sempurna sebagaimana yang ia idamkan.

Hari demi hari, berminggu-minggu ia mencari, ia pun bertemu dengan banyak gadus yang sangat cantik-cantik. Ada yang langganan masuk menjadi cover girl majalah perempuan.  Ada pula wanita yang tetap mempesona walauppun wajahnya tak tersentuh polesan make-up berarti. Ada juga wanita yang cantik memikat dengan dandanan aduhai dan dengan make up tebal, kecantikannya memikat luar biasa.

Sang pemuda pun coba mendekati mereka satu per satu. Namun sayang, setelah didekati dan dicari informasi dari orang-orang dekatnya, sang pemuda tak ingin menikahinya. Karena, walaupun kecantikannya sempurna dan memikat hati siapa saja yang melihatnya, wanita itu tidak bisa memasak!

Apalah artinya, punya istri yang cantik dan pandai berdandan namun tidak bisa memasak apalagi ogah ke dapur! 

Pemuda itu melanjutkan pencariannya. Banyak sudah gadis-gadis muda yang ia temui. Namun kegagalan pertama, membuat ia berhati-hati dan coba mengedepankan kriteria bisa memasak menjadi prioritas nomor satu.

Setelah berminggu-minggu, berbulan-bulan, dan akhirnya ia menemukan informasi tentang seorang gadis yang ternyata bahkan lebih cantik lagi dari gadis pertama tadi. “Mungkin inilah wanita idamanku”, bathin sang pemuda.

Apalagi wanita tersebut juga sangat pandai memasak. Bahkan salah seorang rekannya,bahkan memuji masakannya enak seperti masakan restoran terbaik di Australia atau bahkan lebih baik lagi dari yang bisa dicicipi dari restoran keluarga. Gadis ini bahkan menjalankan usaha restorannya sendiri. 

Ia pun kemudian mengajak untuk bertemu sang gadis untuk sekedar saling mengenal satu sama lain. Setelah mengantarkan ke meja dan membuka percakapan. Betapa kagetnya sang pemuda saat di tengah pembicaraan, sang gadis sering terlihat bengong dengan topik percakapan yang ia buat. 

Rupanya, sang gadis tidak cukup pandai merespon pembicaraannya. Ia pun tak jadi menikahi gadis itu, yang dinilainya tidak sempurna untuknya. Menurutnya, gadis itu tak cukup pintar untuk bisa menjadi istrinya. Apa jadinya, walaupun makan makanan yang enak namun tidak nyambung saat diajak bicara di meja makan.

Maka ia pun pergi dan kembali mencari gadis idamannya dengan menambahkan kriteria lagi, pandai memasak dan pintar untuk diajak berkomunikasi.  

Pencarian dengan diliputi rasa lelah mulai membayang. Namun tidak ia rasakan begitu saja. Kembali berhari-hari, berminggu-minggu hingga berbulan-bulan ia mencari gadis idaman sesempurna kriterianya. 

Voila! Akhirnya ia menemukan sosok gadis yang langsung memikat perhatiannya. Tak hanya cantik gadis yang ini pun pandai memasak. Buktinya, ia memiliki tiga usaha restoran. Restoran ala Thai, ala Jepang dan ala Italia. Semuanya ia yang memimpin peracikan bumbu dan menjaga kualitas rasanya.

Gadis ini pun sangat cerdas karena di tengah kesibukannya ia mempunyai beberapa deret gelar akademis dan sertifikat keahlian dari lembaga internasional. 

Saat berkesempatan menyapa, betapa sang pemuda dapat merasakan gadis ini begitu hebat, baik dan welas asih. Pembicaraan yang berlangsung pun mudah nyambung. Senyumnya memikat dan masakannya pun sangat enak. Sangat sempurna.

Sang Pemuda pun memutuskan bahwa inilah calon istriku yang sangat sempurna. Maka ia pun mencoba melamar dalam suatu kesempatan. 

Namun sayang, sang gadis meminta maaf. Karena ia sendiri tengah mencari sosok pria yang sempurna, mapan dan mampu menjadi pendamping yang seimbang untuk kehidupan pribadi serta karirnya. Dan hal itu tidak sang gadis lihat dari sang pemuda! (*)