2011-08-17

Menjaring Lailatul Qadar

Tags

Menjaga konsistensi sebuah amaliyah, sangatlah berat. Hanya orang yang punya niat kuat, ilmu yang cukup serta tujuan yang jelas saja yang mampu mengamalkan arti konsistensi. Begitu juga ibadah selama Ramadhan. Tujuannya adalah menggapai derajat takwa. Namun, untuk sampai di sana dibutuhkan niat yang kuat dan kecukupan ilmu untuk mengethaui cara menggapainya. Salah satunya dengan menyadari kekhususan yang ada di malam-malam Ramadhan, dialah malam lailatul qadr.

Rasulullah saw bersabda, “Carilah malam lailatul qadr itu pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari). Dengan mengetahui dan meyakini kabar tersebut, insya Allah kita dapat menjaga amal ibadah agar tidak mengalami degradasi. Sebab malam lailatul qadar hanya terjadi sekali dalam setahun. Pahala kebaikan yang dilaksanakan pada malam tersebut tidak tanggung-tanggung, yaitu setara dengan seribu bulan atau seperti beramal selama 83,3 tahun lamanya.
   
Secara logika, siapa yang tidak ingin pahalanya dilipatgandakan sebanyak itu? Oleh karena itu, marilah kita memanfaatkan sepertiga terakhir bulan ini dengan sebaik-baiknya demi memperoleh keutamaan tersebut.

I’tikaf
Sebagian hikmah disunnahkannya i’tikaf (berdiam diri dan beribadah di dalam masjid) pada sepertiga terakhir bulan suci ini adalah agar kita tetap konsisten dan semakin konsentrasi beribadah kepada-Nya. Sebab pada masa tersebut cobaan dan godaan di luar masjid semakin besar. Selain itu, dengan beri’tikaf kita juga memiliki peluang yang besar untuk menjumpai malam lailatul qadar. Sebab malam yang lebih baik daripada seribu bulan itu kita jumpai ketika berada di dalam masjid. Dan rasanya tidak ada aktivitas lain yang dapat dikerjakan di masjid selain beribadah kepada-Nya.

Mengatur WaktuAdakalanya karena satu dan lain hal kita tidak bisa beri’tikaf. Maka hendaknya pada masa tersebut kita dapat mengatur waktu sebaik-baiknya. Misalnya kalaupun kita harus berbelanja pakaian anak-anak di mal atau pusat perbelanjaan lainnya, maka hendaknya dilakukan pada pagi hingga siang hari sebelum waktu ashar.
   
Demikian pula ibu-ibu dan remaja Muslimah secara khusus. Waktu memasak aneka kue serta hidangan persiapan Idul Fitri pun juga hendaknya dapat dilakukan siang hari. Waktu sore hendaknya dipakai untuk istirahat agar pada malam hari tidak kelelahan sehingga dapat beribadah (termasuk shalat tarawih) dengan tenang dan khusyuk.
   
Diharapkan kiat-kiat tersebut dapat membantu kita menghindari degradasi (penurunan) kuantitas dan kualitas ibadah hingga penghujung Ramadhan nanti sehingga kita tampil sebagai pemenang yang hakiki. Mudah-mudahan kita dapat menyongsong hari raya Idul Fitri dalam keadaan bersih tiada dosa seperti bayi yang baru dilahirkan ibunya, karena Allah swt memberikan ridha dan ampunan-Nya kepada kita. Amin. Wallahualam bishawab.

Makasih ya udah mampir ke blog Pakde. Besok-besok dateng lagi..
Monggo diisi feedback komennya di bawah ini
EmoticonEmoticon