Banyak jalan kita mendapatkan kebaikan. Begitu juga saat saya menemukan istilah Mastatho'tum, justru dari seorang Mas Dian Tegal. Internet Marketer yang berpenghasilan ratusan juta tiap bulannya. Dan berikut hakikat istilah apa itu Mastatho'tum.
Adalah Syaikh DR Abdullah Al Azzam, salah seorang ulama pejuang yang sangat disegani. Ia yang mampu mengobarkan semangat juang bagi para mujahidin Afghanistan semasa perjuangan melawan Uni Sovyet.
Suatu hari ia ditanya oleh seorang muridnya, “Ya Syaikh, apakah yang dimaksud dengan mastatho’tum?”
Sang murid menanyakan kata yang terdapat di dalam Al Quran, tepatnya di di Surat At Taghabun ayat 16, yang berbunyi fattaqullaha mastatho’tum. “Bertakwalah kepada Allah sebatas kemampuanmu”.
Apakah yang dimaksud dengan “Sebatas kemampuan” tersebut?
Sang Syaikh lalu mengumpulkan dan membawa murid-muridnya ke lapangan. Ia kemudian meminta semua muridnya untuk berlari mengelilingi lapangan semampu mereka. Tidak ditentukan berapa putaran, hanya diminta berlari saja seusai kemampuan fisik murid-muridnya.
Titik dan waktu keberangkatan sama, akan tetapi waktu akhir dan jumlah putaran setiap murid berbeda.
Satu putaran, para murid masih mampu menghela nafas lari. Memasuki putaran kedua, sebagian mulai terlihat kelelahan. Nafas mulai memburu tak karuan. Di putaran ketiga, lebih dari separuh para muridnya mengancungkan tangan tanda menyerah lalu menyingkir ke pinggiran lapangan.
Sebagian kecil masih terus berlari dan di putaran kelima, sudah tidak ada lagi yang sanggup berlari. Menepi kelelahan. Mereka sudah berusaha sekuat tenaga, semampu mereka.
Setelah semua muridnya menyerah, duduk mengaso di pinggir lapangan. Sang Syaikh tanpa banyak bicara, mulai berlari mengelilingi lapangan. Para murid saling berpandang keheranan. Semua murid kaget dan tidak tega melihat gurunya yang sudah tua itu kepayahan.
Satu putaran, sang syaikh masih berseri-seri. Dua putaran mulai pucat pasi. Tiga putaran mulai kehilangan kendali. Menuju putaran yang ke-4 sang syaikh makin tampak kelelahan, raut mukanya memerah, keringat bertetesan, nafas tersengal-sengal tidak beraturan. Sesekali ia berjalan perlahan, namun beliau tetap berusaha.
Ia terus berlari sekuat tenaga, dari cepat, melambat, melambat lagi, hingga kemudian beliau pun terhuyung tanpa penyangga. Energinya terkuras habis tak tersisa. Beliau jatuh pingsan, tak sadarkan diri.
Para murid lantas berlarian menghambur ke arah sang syaikh yang terkapar di tanah. Mereka lantas ramai-ramai menggotongnya ke tempat yang lebih teduh dan berusaha memberikan pertolongan seadanya.
Tak lama, setelah beliau siuman dan terbangun, ia disodori minum dan seteguk air segar membasahi kerongkongannya. Baru kemudian, murid lainnya bertanya, “Syaikh, apa yang hendak engkau ajarkan kepada kami?”
Setelah mengatur nafas, ia lalu berkata “Muridku, inilah yang dinamakan titik mastatho’tum. Titik di mana saat kita berusaha semaksimal tenaga sampai Allah sendiri yang menghentikan perjuangan kita,” jawab Sang Syaikh dengan mantap.
* * *
Inilah bentuk ikhtiar tertinggi yang dilakukan seorang mahluk untuk memenuhi panggilan Tuhannya. Seseorang melakukan suatu usaha dengan sekuat tenaga dengan kemampuan yang ia miliki sampai titik terendah.
Hakikatnya mastatho'tum ialah memotivasi diri seseorang untuk berusaha atau berikhtiar dengan segala kesanggupannya hingga Allah mengakhiri usaha mereka sesuai dengan kesanggupan yang seseorang miliki. Dengan tujuan agar seseorang tidak menyerah di tengah jalan atau malas dalam berusaha apalagi sampai berputus asa dari Rahmat Allah Ta'alla.
Jangan mudah mengambil kesimpulan bahwa di sanalah batas kemampuan kita. Padahal itu hanyalah sebentuk penutupan (execuse) terhadap kelemahan diri. Berjuang sampai titik akhir, itulah yang dikehendaki dari setiap ikhtiar kita.
Wallahualam. (*)
Makasih ya udah mampir ke blog Pakde. Besok-besok dateng lagi..
Monggo diisi feedback komennya di bawah ini
EmoticonEmoticon