2010-05-06

Warga Kompak, RT pun bersih

Permasalahan sampah bukan lagi monopoli warga perkotaan. Di mana-mana sampah menjadi masalah yang cukup menyusahkan. Karena, jumlah sampah seolah tidak ada habisnya. Sehari saja sampah tidak dibereskan. Maka ia akan menumpuk dan menimbulkan aroma yang mengganggu. Lebih lagi saat musim hujan tiba, lalat-lalat seolah mendapat tempat untuk berpesta pora. Parahnya lagi, bukan tempat sampah saja yang lalat hinggapi. Rumah warga yang terletak dekat dengan pembuangan sampah pun menjadi tempat persinggahannya. Akibatnya muncullah kesan jorok.

Begitulah yang diresahkan oleh Komarudin. Sopir tangki ini sudah tiga periode menjabat sebagai ketua RT 007 di perumahan Jadongan, Banyuasin, 18 km Utara kota Palembang, Sumatera Selatan. Karena posisi inilah, ia merasa yang paling bertanggungjawab terhadap kebersihan lingkungan di RT-nya ini. 

Apalagi rumahnya dan rumah beberapa warganya (termasuk rumah penulis) sering dimasuki lalat. Bukan sedikit, bahkan lalat yang datang bergerombol bisa dalam jumlah limapuluhan! “Ini pasti gara-gara sampah yang sudah menumpuk dan membusuk”, ujarnya kesal. Ya, kondisi sampah saat itu sangat menyedihkan. Tersebar hampir di setiap muara lorong perumahan. Dan rata-rata setiap penampungan sampah tersebut dalam kondisi tidak terawat. Ada memang satu-dua warga yang mencoba membakar sampah. Namun, hanya sebatas sampah yang terjangkau saja. Lebih banyak sampah membusuk dan basah yang tak termakan oleh api. Itu pun kebetulan bila warga sedang membuang sampah dari rumahnya saja.  

Akhirnya Komarudin pun berembuk dengan sekretaris RT, Syukri Batubara bagaimana penyelesaian masalah ini. Pak Syukri mengusulkan pembangunan bak sampah permanen. Sehingga sampah tidak lagi harus berserakan, sehingga bila hujan tiba, sampahnya ikut hanyut menutupi jalan. "Sehingga warga lain bisa memanfaatkan pupuk kompos yang dihasilkan dari sampah basah. Sedangkan sampah kering, bisa langsung dibakar saja. Sehingga tidak perlu menumpuk dan mengganggu ligkungan”, ucap Syukri bersemangat. Penulis yang kebetulan mendengar ide ini, juga mengusulkan agar dipisahkan antara sampah kering dan sampah basah.

Ide itupun disambut baik oleh sebagian besar Kepala Keluarga (KK) yang mendiami RT 007. Dan sehari sebelum pelaksanaan, Pak Halim, salah seorang tetua masyarakat, langsung berkeliling ke rumah-rumah untuk memberitahu tentang kegiatan tersebut sekaligus mengedarkan daftar sumbangan.

Warga pun bergotong royong pada hari Ahad (2/5), tepat pukul 8.00 pagi. Membawa perlengkapan yang dibawa masing-masing serta bahan-bahan hasil patungan. Ada yang menyumbang pasir, ada pula yang menyumbang batu bata, semen, alat pertukangan dan ada yang menumbang tenaga.

Ibu-ibu juga tak mau ketinggalan. Mereka menyumbang yang mereka bisa. “Jadilah Pak, seadanya”, ujar Mak Erlan sambil menyiapkan es sirup di tempat biasanya ia berjualan. Ya, hari itu ia tidak jualan dan mempersilahkan lapaknya dipakai untuk berteduh dan mengaso. Sedang ibu-ibu yang lain, ada yang membuatkan teh dan kopi panas, gorengan gandum (bakwan, pisang), es campah, dan sebagainya. 

Cuaca saat itu sangat panas. Penulis sendiri hanya sanggup bertahan dua jam di bawah terik matahari yang terasa menyengat leher dan ubun-ubun. Tapi bagi mereka, seolah tidak ada kata lelah dan mereka sangat antusias mengerjakannya. Hanya satu yang akhirnya menghentikan aktivitas mereka, kehabisan material. “Kita kurang semen dan pasir. Istirahat dulu,” ujar Fauzi, salah seorang warga yang terkenal cukup vokal di RT ini.

Maklumlah sumbangan yang berhasil dikumpulkan cukup terbatas. Mengingat perumahan RSS ini penduduknya rata-rata bermata pencaharian informal. Seperti buruh bangunan, penarik ojek, sopir mobil tangki, petani garapan, dan lebih banyak lagi pengangguran. Tercatat hanya ada dua PNS golongan rendah mendiami RT 007 ini. Jadi, berdirinya bak ini menjadi simbol kekompakan warga di tengah kekurangan dan keterbatasan mereka secara finansial.  
Akhirnya, setelah berembuk sebentar, warga sepakat memakai kas masjid untuk membeli bahan material yang kurang. Dan keesokan harinya, pekerjaan yg tersisa dilanjutkan oleh tiga orang. Sekedar finishing saja.

Bak sampah akhirnya selesai. Untuk sementara, penggunaan bak sampah masih belum dipisahkan antara sampah kering dan sampah basah. Semua jenis sampah ditampung. “Rencananya, di sebelah bak sampah sekarang, yang masih dipenuhi oleh sampah lama, akan diolah dan dibuatkan lobang penampungan. Sehingga, sampah basah bisa dibuang di sana dan ditutup untuk membuat pupuk kompos”, ujar Syukri yang langsung diiyakan oleh warga yang lain.

Ini adalah langkah pengawal. Perlu sosialisasi lebih jauh untuk melakukan edukasi. Sehingga kesadaran warga berbanding lurus dengan peningkatan kualitas lingkungan yang bersih. Yang menarik di sini, memang selalu dibutuhkan seseorang yang menjadi penggerak. RT kami telah memulai dengan kekompakan, bagaimana dengan RT anda?


Makasih ya udah mampir ke blog Pakde. Besok-besok dateng lagi..
Monggo diisi feedback komennya di bawah ini
EmoticonEmoticon