2011-01-07

Kiriman Focalprice tiba dengan selamat

Related Topic :


Pengalaman Pertama Belanja di Focalprice;

Hari ini (6/1), surat pemberitahuan dari PT Pos tiba ke kantor. Saya baca dari Hongkong.


Hah, dari Hongkong?

Ah, mungkin kiriman dari Focalprice. Saya menebak, karena tidak ada identitas Focalprice di sana. Tapi anehnya, surat atau lebih tepatnya nota pemberitahuan tersebut hanya disertai amplop coklat kosong, tidak berisi apa-apa. Biasanya langsung kiriman paket barangnya yang datang. Sepertinya saya harus ambil sendiri ke kantor pos.

Sempat khawatir, jangan-jangan bakal kena pajak bea cukai nih, karena kiriman berasal dari luar negeri. Ah, kalo memang nantinya, pajak bakal lebih besar daripada harga barang yang saya beli, mending nggak usah diambil.

Begitu pikiran negatif saya.


Beberapa jam kemudian, tepatnya pukul 15.00 (keterlaluan juga, soalnya sudah mendekati waktu pulang karyawan pos) saya samperin Kantor Pos Besar Palembang.

Awalnya, saya menanyakan ke ibu-ibu karyawan pos yang lagi beristirahat. Olehnya, ditunjukkan ke loket mbak cantik berjilbab yang ada di ujung deretan meja pelayanan. Saya lihat ia hanya melayani satu orang. Saya pun tegak mengantri.

Lama juga, nggak tahunya si Bapak bermasalah. Salah mengisi formulir pengiriman wesel. Nama penerima di isi namanya, sedangkan nama pengirim di isi nama anaknya. Kontan saja si mbak cantik tadi agak sewot. Memperlambat kerja. Tapi untung, mbaknya nggak manjangin urusan. Dengan cekatan ia selesaikan hajat si Bapak.

Terus, giliran saya.

“Mbak, bisa ambil kiriman?” tanya saya sopan.

“Bisa. Kiriman apa, paket ya?” ia bertanya balik dengan sopan pula.

“Iya mbak”.

“Ooo, kalo paket, bapak bisa ke bagian paket. Ada di belakang gedung”, jawabnya sambil menyerahkan slip pengambilan kiriman tadi.

“Oya, terima kasih mbak.” jawab saya.

Kok bisa lupa saya. Bagian paket memang terletak di bagian belakang. Saya pun menyusuri sisi gedung dan berbelok ke belakang. Saya pernah mengirim paket di sini dulu.

Saya menyapa seorang karyawan yang tengah memasukkan barang ke karung.

“Maaf Pak, saya mau ambil kiriman paket.”

“Oya, bisa. Sama ibu itu bisa”, jawabnya.

Saya pun menuju meja ibu yang ditunjuk. Dan saya serahkan slip tadi.

“Oo, kalo ini kiriman pus. Ngambilnya sama Ibu Novi.” jawab si ibu setelah melihat tulisan di slip saya tadi.

“Di bagian mana ya Bu?”tanya saya. Duh, ribet nih musti pingpong ke banyak meja. Tapi senang juga, pengalaman baru.

“Kamu jalan lewat pintu itu, terus masuk. Tanya saja di dalam, di mana ibu Novi”, jawabnya lagi.

Oke deh. Saya pun keluar dan kembali bertemu dengan bapak tadi yang masih sibuk memasukkan barang-barang paket ke dalam karung.

“Di ruang ini Ibu Novi ya Pak?” tanya saya. Bingung juga, karena disuruh masuk kantor orang. Bukan jalan umum lagi. Di mana-mana tertulis, 'Dilarang masuk, selain karyawan PT Pos'.

“Ibu Novi? Di sana..” tunjuknya. Dan ajib, dia nggak sekedar nunjuk. Tapi langsung mengantar saya ke ruangan langsung. Duh, jadi kayak orang VIP saja maen anter ke ruangan. Melintas loket yang lagi penuh oleh orang-orang yang hendak mengambil kiriman. Masuk ke ruangan yang berada di belakang dinding pembatas, yang kirain cuma berisi Ibu Novi sendirian.

Rupanya, ada sekitar enam orang di dalamnya. Dengan segala kesibukan. Aroma panas dan pengap, langsung membekap hidung, begitu saya berada di depan meja Ibu Novi. Bahkan ada seorang bapak yang membuka baju kerjanya, hanya mengenakan kaus singlet.

“Bu, mau ambil kiriman.” kata saya. Dalam hati mulai menebak-nebak, berapa bakal kena pajak bea cukainya.

“Oya sini. Sore bener ngambilnya?”, tukasnya sambil membuka loker tempat dia mengambil paket saya.

“Suratnya datang siang Bu”, jawab saya sekenanya. “Udah siap-siap pulang ya Bu?”, tanya saya bego, maksudnya sekedar basa-basi. Soalnya si Ibu sudah menyandang tas.

Ibu Novi diam saja, tidak menjawab pertanyaan saya. “Tanda tangan di sini ya Mas. Dan biaya kiriman pus lima rebu”.

Oh, cuma lima ribu ya? Nggak pa-pa deh, pikie saya. Sigap, saya menarik uang dari dompet.

“Bu, kenapa nggak langsung dikirim ke alamat?” tanya saya.

“ Nggak bisa, karena ini paket pus”.

“Apa itu pus?”

“Kiriman pos dari luar negeri, lewat kapal laut”

“Memangnya, berapa besar biaya kiriman pus ini?”

“Cuma lima ribu.”

“Sama untuk semua barang? Maksud saya, tidak tergantung ukuran barang?”

“Iya”

Ah, lega mendengarnya. Berarti besok-besok, kalau saya membeli barang dari luar negeri lagi, biayanya cuma lima ribu. Saya pun meminta izin dan tak lupa mengucapkan terima kasih ke Ibu Novi dan karywan lain yang ada di ruangan tersebut. Sampai lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada bapak yang menunjukkan tempat tadi. Terima kasih banyak Pak!

Setiba di rumah, saya sempatkan potrat-potret micro SD card reader seharga $1.08 itu. Sebagai bukti untuk dipajang di Focalprice.


Ya, sebenarnya saya membeli barang ini sekedar untuk menguji. Bener nggak dikirim dan bener nggak free shipping. Eh, ternyata bener, dikirim! Ya udah deh, besok saya bakal pesan barang yang lain.

Barangnya langsung saja saya coba ke netbook, dan nggak ada masalah berarti karena sifatnya yang plug and play. Micro SD yang saya colokkan ke slotnya, langsung terbaca. Dengan catatan, micro SD nya dicolokkan dahulu ke card reader baru kemudian dicolokkan ke slot USB di netbook. Saya coba transfer data, Aman!

Terima kasih Focalprice! Total hari sejak pemesanan, 22 hari (15 hari kerja dipotong hari Sabtu dan Minggu serta libur Natal).

9 comments

Di bkasi 3000 rp pak

Nggak standar rupanya yah.. Selera pegawai posnya saja kayaknya.. :))

wah mantap gan, nanti nyoba juga akh belanja di focalprice

Iya Mas Jun,
Tapi hati2 juga. KArena sangat tergantung dengan mood dan selera karyawan posnya.

Apalagi kalo barangnya berukuran lebih besar dari sabun (istilah saya), bakal diproses dulu di bea cukai..

kenapa tuh gan, kok harus tergantung moodnya tukang pos, ane rencana mo bli walkie talkie harga di bawah $50 kan gak kena BM, agan posisi palembang ya sama dgn ane gan, trims atas jawabannya

Paling tidak saya dah empat kali berurusan dengan pihak pos terkait pembelian dari Focalprice ini (China).

Yg pertama (cerita di atas), kena 5000. trus pembelian kedua kena 7000 (barang yang sama, tapi jumlahnya empat biji). lalu beli mic anak-anak, kena 7000.

nah pas beli tablet, kena 10%. waktu beli jam tangan kena 40% dari harga beli ..

Itu yg saya sebut tergantung moodnya pegawai pos
:). Soalnya nggak ada aturan bakunya..
semoga membantu..

Sekarang 7rb gan, ane kemaren jg br dpt paket dr korea (belanja di qoo10). Dan sebelum2nya jg 7rb. Sm bapak2 pake kacamata.

musti ambil sendiri ya? dulu saya pernah dapat kiriman kacamata gratis dari china, diantar sampe rumah tanpa ada biaya apapun..? apa ini berlaku juga? (TKP aceh)

Kalau saya di Palembang memang harus ambil sendiri. Tapi ada juga kawan2 yang diantar ke rumah. Nggak ngerti juga standarnya seperti apa..

Makasih ya udah mampir ke blog Pakde. Besok-besok dateng lagi..
Monggo diisi feedback komennya di bawah ini
EmoticonEmoticon