Hari Jumat yang lalu, saya "diutus" oleh mbak Dessi (rekan kantor) untuk mengambil kiriman barang dari Hongkong (duilee.. keren banget) berupa paket tablet Android dan jam tangan, yang telah kami pesan dari situs belanja Focalprice.com. Total belanjaan kami saat itu senilai $300.9 atau setara Rp 2.7 juta. Tapi jangan curiga, itu bukan uang saya melainkan uang Mbak Dessi yang ia pakai via Paypal (Mastercard bukan Paypal verified)
Ini bukan yang pertama kalinya saya musti ke kantor pos untuk mengambil kiriman dari luar negeri. Sebelumnya saya juga pernah memesan secara pribadi ke focalprice.com, di sini ceritanya. Karena waktu itu nilainya kecil, maka tidak kena pajak apa-apa, cuma diminta bayar Rp5000 saja. Dan berhubung dikirim melalui pos biasa (bukan lewat jasa EMS/Express mail services) jadinya tidak harus berhubungan dengan bagian bea cukai (customs).
Pengalaman berbelanja kedua, barangnya berupa dua buah tablet Android. Bukan saya yang ambil. Langsung Mbak Dessi sendiri yang mengurusnya. Waktu itu pajak bea cukai yang dikenakan sebesar 25% dari harga barang.
Berbekal dua pengalaman sebelumnya, saya pun pede mendatangi kantor pos, dan yakin semua akan beres dan baik-baik saja. Dengan perkiraan pajak sekitar 25%, maka saya disangoni uang secukupnya.
Begitu tiba di kantor pos, saya segera bertanya pada satpam, di mana ruangan bea cukai. Ditunjukkanlah saya ke salah satu pintu yang bertuliskan "Yang tidak berkepentingan, dilarang masuk". Berhubung saya orang penting, atau karena saya ada kepentingan dengan apa yang ada di belakang pintunya, saya pun melangkahkan kaki ke dalam. Disambut oleh sebuah ruangan kecil dan anak tangga yang melingkar ke atas. Saya pun naik.
Saya pun mulai celingak-celinguk, saat berada di koridor kantor yang mempunyai banyak pintu. Hampir semua pintu pada tertutup dan tidak seorangpun yang saya lihat berada di koridor. Saya pun melangkah. Saya lihat ruang yang ada di sebelah kanan saya, kosong! Mungkin lagi makan siang, atau masih berzikir di masjid sehabis shalat Jumat. Huff.. untung pintu kedua yang ada di seberangnya terbuka, saya melongok ke dalam. Ada cewek lagi menata wajahnya di cermin. Saya pun memberanikan bertanya, "Maaf mbak, ruangan Bea Cukai ada di mana ya?"
Ia sedikit menghentikan aktivitas berhiasnya, "Lurus, terus belok kiri. Lurus sampai ujung. Tepatnya di depan Mushala", jawabnya datar dan langsung. Mungkin jawaban ini sudah sering keluar dari mulutnya karena sering ditanya oleh pertanyaan yang sama dengan saya tadi.
Saya ikuti petunjuknya tadi, tidak jauh melangkah saya telah sampai di depan pintu yang bertulis "Bea Cukai". Sebelum saya ketuk, sempat terbayang dalam pikiran, saya akan berhadapan dengan wajah-wajah seram berkumis tebal layaknya yang saya sering lihat dalam operasi-operasi penggagalan penyeludupan Narkoba via bandara di tipi-tipi.
Namun, begitu pintunya saya buka. Gugur semua bayangan saya. Yang ada, seorang petugas muda, lebih usianya bahkan lebih muda daripada saya, dan seorang bapak berpakaian olahraga sedang tidur-tiduran di bangku kayu yang ada di ruangan itu.
Segera saya hampiri petugas jaga berseragam hitam biru mirip pakaian Brimob. Dan menyampaikan maksud saya. Setelah dicek di berkasnya, saya digiring ke ruangan bawah, sambil dibilangi, "Lain kali langsung saja berhubungan dengan Pak Tone. Karena surat-suratnya sudah dipegang olehnya."
Saya hanya membeo.
Begitu turun ke ruangan Pak Tone tadi, saya langsung disodori berkas surat yang berisi nilai pajak. Saya segera disuruh ke bagian pelayan pos di bagian depan. Namun saya melihat ada yang nggak beres, masak nilai pajaknya Rp 1.8 juta! Sedangkan harganya saja cuma Rp 2.7 juta..
Setelah saya lihat harga taksiran yang dibuat oleh mereka, barang kiriman saya itu dihargainya $500 atau senilai Rp4.5 juta. Widiww.. mahal amir. Saya pun mengajukan keberatan sambil memperlihatkan invoice dari Focalprice.com. (Bersambung)
2 comments
lanjutannya gimana y?
gazebo.... gantung
Makasih ya udah mampir ke blog Pakde. Besok-besok dateng lagi..
Monggo diisi feedback komennya di bawah ini
EmoticonEmoticon