2011-08-09

Menikmati Syaban

Tags

Tak ada bulan di luar Ramadhan yang semulia Syaban. Karena di dalamnya, Rasulullah saw memberikan contoh untuk memperbanyak ibadah di dalamnya. Hadist dari Aisyah ra yang diriwayatkan dalam kitab Shahih Muslim  menyebutkan, “Rasulullah saw berpuasa hingga kami mengatakan beliau tidak pernah berbuka, dan beliau berbuka hingga kami mengatakan bahwa beliau tidak pernah puasa. Namun Rasulullah tidak pernah berpuasa sebulan penuh, kecuali pada bulan Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat satu bulan yang paling banyak beliau berpuasa kecuali pada bulan Sya’ban.” (HR. Muslim).

Rasulullah saw, memperbanyak puasa di bulan Syaban hampir-hampir menurut ‘Aisyah beliau saw berpuasa sepanjang waktu. Namun, walau demikian tidak setiap hari di dalam Syaban, Rasulullah saw berpuasa. Karena, hanya di bulan Ramadhan saja ia berpuasa sebulan penuh.

Bahkan di dalam salah satu hadist, disebutkan Rasulullah berdoa menjelang bulan Rajab dan Syaban, agar diberi keberkahan di kedua bulan tersebut dan disampaikan ke bulan Ramadhan. Allahumma baariklana fii rajabba wa syaban, wa balighnaa fii Ramadhan. Sebagian ulama menyebut bahwa hadis di atas lemah (dhaif), namun sebagian ulama berpendapat bahwa hadis lemah dapat digunakan untuk Fadlail A'mal (keutamaan amal). Walaupun hadist tersebut tidak sampai ke level sahih, namun isi di dalamnya adalah anjuran agar setiap mukmin senantiasa memperhatikan waktu-waktu dan usianya untuk tetap berada di dalam kebaikan serta merindukan untuk bertemu dengan bulan mulia, ramadhan. Tentunya ini merupakan sesuatu yang baik.

Dan kandungan hadits tersebut tidaklah bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh para ulama salaf yang senatiasa memberikan perhatian kepada bulan Ramadhan sepanjang tahunnya. Setengah tahun sebelum kedatangan Ramadhan mereka senantiasa berdoa kepada Allah agar dipertemukan dengan bulan mulia tersebut dan setengah tahun setelahnya berdoa agar berbagai ibadah mereka di bulan mulia itu diterima oleh-Nya.
Rasulullah telah memberikan tauladan untuk bersiaga di bulan Rajab dan Syaban. Harapannya, kita tidak lengah dan lalai, sehingga senantiasa muncul ucapan penyesalan di mulut, saat maghrib terakhir di bulan Syaban. “Sudah mau Ramadhan lagi?”, ucapan yang menunjukkan ketidaksiapan seorang insan dalam menghadapi bulan Ramadhan di depan yang penuh ampunan dan berkah.
Maka, penuhilah harapan Nabi kita tercinta itu. Jangan lalai. Mari persiapkan rohani kita, salah satunya dengan mulai mempelajari hal-hal penting yang perlu kita amalkan selama bulan tersebut. Mari buka kembali pelajaran fiqhus-syiyam kita, yaitu  fikih berpuasa yang benar dan sesuai ajaran. Kita sadarkan diri dan kesadaran kita akan pentingnya bulan tersebut bagi agama dan keimanan kita.
Secara fisik, kita juga harus mempersiapkan diri di bulan ini dengan melatih diri memperbanyak ibadah dan khususnya puasa. Itulah salah satu hikmah kita dianjurkan memperbanyak puasa, zikir dan ampunan pada bulan Syaban ini. Perkuat pengingat akan persiapan-persiapan kita dalam menyambut bulan Ramadhan yang penuh maghfirah.
Inilah sebaik-baik pembukaan yang baik (khusnul fathihah). Inilah sebaik-baik perencanaan agar kita tidak lengah dengan kedatangan bulan Ramadhan sehingga pada akhirnya mampu menangkap semua peluang yang ada dan mendapatkan ampunan dari Allah swt. Sehingga, benar-benar kembali fitri di bulan Syawal, layaknya bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya.

Mari saudaraku, persiapkan dari sekarang. Agar benar-benar siap dan sehat dalam menyongsong kedatangan ramadhan, tamu agung yang dirindukan oleh Rasulullah saw dan pengikutnya yang beriman. Wallahualam bishawab.

Makasih ya udah mampir ke blog Pakde. Besok-besok dateng lagi..
Monggo diisi feedback komennya di bawah ini
EmoticonEmoticon