2011-08-12

Sedekah untuk Menyembuhkan

Tags



Tak seharusnya sedekah terkungkung dalam level sosial yang rendah. Sedekah identik dengan logam yang dijatuhkan dalam mangkok pengemis. Tak jauh dari bilangan recehan atau seribuan rupiah.
Atau, sedekah identik dengan perkataan ikhlas yang salah kaprah. Memberi harus ikhlas, tak boleh berharap apa-apa. Beri lalu lupakan. Seolah kita tidak butuh dengan sedekah, karena kita hanya ‘membuang’ uang kecil saja dengan sedekah itu. Yang sebenarnya tak bernilai sama sekali untuk kita. Bagaimana kita bisa merasakan berkahnya bila dikerjakan sambil lalu? 

Dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 261, Allah membuat perumpamaan tentang harta yang kita nafkahkan di jalan-Nya dengan benih tanaman yang tumbuh subur. “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir; seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.

Begitu juga dengan sedekah kita, ia menjadi benih yang ditanam di kebun Allah. Kita tak bisa melihatnya, tapi ia tumbuh pesat, bercabang dan beranting yang banyak, lalu berbuah lebat.

Rasulullah saw bersabda, “Obatilah orang-orang yang sakit di antara kalian dengan bersedekah.”

Dalam firman Allah dan sabda rasulullah saw di atas, tampak hubungan indah yang menyiratkan bahwa sedekah kita menjadi tanaman obat yang tumbuh di kebun Allah.

Sebagaimana menanam tanaman obat, seperti mengkudu, mahkota dewa, jahe atau temulawak di kebun belakang rumah, kita sendiri yang akan merasakan manfaatnya pada saat membutuhkan khasiatnya.
Demikianlah, sedekah bisa menjadi tanaman obat yang khasiatnya akan kita rasakan sendiri. Yakinlah, Allah Maha Penyembuh. Namun Dia, sebagai Yang Maha Berkehendak bisa saja memberikan yang lebih Mulia ketimbang kesembuhan jasmani, yaitu kesehatan ruhani.

Ketika jasmani tak kunjung sembuh, atas kehendak-Nya, ruhani tidak ikut sakit, bahkan mencapai kesehatan sempurna. Orang yang sehat ruhaninya akan merasa ketenangan walaupun jasmaninya sakit.

Sebaliknya, orang yang sakit ruhani tidak akan pernah merasakan ketenangan walaupun jasmaninya sehat. Orang yang beriman akan bersyukur karena merasakan gugurnya dosa-dosa ketika sakit.“Tidak ada yang menimpa seorang Muslim dari kepenatan, sakit yang berkesinambungan, kebimbangan, kesedihan, penderitaan, kesusahan, sampai duri yang menusuk dirinya kecuali dengan itu Allah menghapus dosa-dosanya”. (HR Bukhari).

Syaikh Sulaiman bin Abdul Karim Al-Mufarrij berkata, “Wahai saudaraku yang sedang sakit, sedekah yang dimaksudkan dalam hadist ini adalah sedekah yang diniatkan untuk memperoleh kesembuhan. Boleh jadi Anda telah banyak bersedekah, tetapi tidak Anda niatkan untuk mendapatkan kesembuhan dari Allah. Karena itu, cobalah lagi sekarang dan tumbuhkanlah keyakinan bahwa Allah akan menyembuhkan diri anda. Isilah perut para fakir miskin hingga kenyang, atau santunilah anak yatim, atau wakafkanlah harta Anda, atau berilah sedekah amal jariah”.

Subhanallah, Maha Suci Allah.

Makasih ya udah mampir ke blog Pakde. Besok-besok dateng lagi..
Monggo diisi feedback komennya di bawah ini
EmoticonEmoticon