2014-08-05

Ajaklah Ibumu Makan Malam

“Seorang ibu bisa mengurus sepuluh orang anak, tapi sepuluh orang anak belum tentu mampu mengurus seorang ibu”.

Membahagiakan Ibu
Suatu hari seorang wanita duduk santai bersama suaminya, dan bertanya, ”Tidakkah engkau ingin keluar makan malam bersama ibumu?”.

Suaminya kaget.

Wanita itu berkata pada suaminya, ”Selama kita bersama tak pernah engkau bersama ibumu walau sejenak saja, hubungilah dia. Ajak makan malam berdua. Luangkan waktumu untuknya”.

Suaminya terlihat bingung, seakan-akan ia lupa pada ibunya.

Maka hari itu juga ia menelpon ibunya, menanyakan kabar dan berkata “ Ibu, bagaimana kalau kita keluar makan malam. Saya akan menjemput ibu, bersiaplah”.

Ibunya heran, ” Anakku, apakah terjadi sesuatu padamu?”. Jawabnya,”Tidak ibu”.
Ibunya kembali bertanya, ”Saya keluar bersamamu anakku?”

Ibunya seorang janda, ayahnya telah lama wafat, dan anak lelakinya teringat padanya setalah 21 tahun pernikahannya. Hal yang sangat menggembirakannya.

Saat laki-laki itu menjemputnya, wanita tua itu sudah menantinya di depan pintu. Terlihat benar wajah bahagia dari sang ibu saat menaiki mobilnya. 

Ia berujar, “Anakku, aku telah memberi tahu keluarga dan tetangga di sekitar rumah ku kalau aku akan makan malam bersama anakku. Dan mereka menunggu ceritaku sepulang nanti”.

Setiba di restoran, mereka lalu memesan makan. Sang anak melihat, ibunya membaca daftar menu dan sesekali melirik kepada anaknya. Sang anak paham, ibunya sudah tua dan matanya tak awas lagi melihat menu-menu yang ada.
Membahagiakan Ibu
Ia tawarkan kepada sang ibu untuk membacakan menu yang ada. Ia segera mengiyakan dan berkata, “ Saya mengingat sewaktu kau masih kecil dulu, saya yang membacakan daftar menu untukmu, sekarang kau membayar utangmu anakku. Kau bacakanlah untukku”

Maka sang anak mulai membacakan untuknya, dan demi Allah semburat kebahagiaan membuncah mengguncang dadanya.

Tak lama kemudian, datanglah makanan pesanan mereka. Sang anak mulai memakannya. Tapi tidak dengan ibunya. Ia sama sekali tak menyentuh makanannya. Ia hanya duduk memandang anaknya dengan tatapan bahagia. Karena rasa gembira ia merasa tak selera untuk makan.
Membahagiakan Ibu
Dan ketika selesai makan, mereka pun pulang, dan sungguh. Dalam hati sang anak menggumam, “Sungguh, tak pernah kurasakan kebahagian seperti ini setelah bertahun-tahun. Saya telah melalaikan ibuku 21 tahun lamanya”.

Setiba di rumah, sang anak bertanya lagi kepadanya : “ Ibu, bagaimana jika waktu lain kita makan keluar lagi?”

Beliau menjawab,” Saya siap kapan saja kau memintaku!”

Maka haripun berlalu, sang anak sibuk dengan pekerjaannya lupa dengan janjinya sampai terdengar kabar bahwa Ibunya jatuh sakit. Dan beliau selalu menanti malam yang telah dijanjikan.

Hari terus berlalu dan sakitnya kian parah. Dan sang Ibu akhirnya meninggal tanpa malam kedua yang dijanjikan padanya.

Setelah beberapa hari, seseorang menelpon sang anak. Ternyata dari restoran yang dulu didatanginya bersama sang ibu. Dia berkata,” Anda dan istri Anda memiliki pesanan kursi dan hidangan makan malam yang telah dibayar”.

Maka mereka pun pergi ke restoran itu. Pelayan di sana mengatakan bahwa seluruh pesanan makanan di meja sudah dilunasi dan menyampaikan sepucuk surat yang ternyata dari ibunya,

“Anakku, sungguh saya tahu bahwa tak akan hadir bersamamu untuk kedua kalinya. Namun, saya telah berjanji padamu, maka makan malamlah dengan uangku, saya berharap istrimu telah menggantikanku untuk makan malam bersamamu”

Pria itu menangis membaca surat dari ibunya. “Dimana saya selama ini? Di mana cintaku untuk Ibu? Selama 21 tahun….”. (*)

Makasih ya udah mampir ke blog Pakde. Besok-besok dateng lagi..
Monggo diisi feedback komennya di bawah ini
EmoticonEmoticon