Suatu ketika, Imam Syafei rindu dan ingin berjumpa dengan salah seorang anak muridnya yang cerdas lagi shalih. Siapa lagi kalau bukan Imam Ahmad bin Hambal. Sebagaimana kisahnya ditemukan dalam kitab Min A’lamis Salaf (Edisi Indonesia : 60 Biografi Ulama Salaf ) karya Syaikh Ahmad Farid.
Syahdan, dalam kunjungannya itu Imam Syafei memutuskan untuk menginap. Kunjungan ulama besar lagi berilmu itu, ternyata meninggalkan kesan bagi putri Imam Ahmad bin Hambal. Ia melihat, sang imam guru dari ayahnya itu, dalam jamuan makan malam, Imam Syafei makan banyak dan lahap sekali.
Lalu, setelah masuk kamar untuk beristirahat, Putri Imam Ahmad pun tidak melihat Imam Syafii shalat malam. Dan yang lebih mengejutkan, ia tidak melihat sama sekali Imam Syafei berwudhu saat akan melangsungkan Shalat Subuh.
Karena heran dengan ‘perilaku’ ulama sekaliber Imam Syafei, membuat Putri Imam Ahmad pun bertanya terheran-heran dan menyampaikannya kepada ayahnya.
“Wahai Ayah, benarkah ini Imam Syafei yang sering Kau ceritakan?”.
Imam Ahmad menjawab, “Benar putriku!”“
“Ada tiga hal yang saya perhatikan darinya dan tampaknya tidak wajar ada pada seorang imam besar seperi Imam Syafei”, lanjut putrinya.
“Oya, apakah itu?”
“Pertama saat kami suguhkan makanan kepadanya, dia makan banyak sekali. Saya heran, bagaimana ia bisa makan sebanyak itu. Bukankah, kita harus menjaga perut dari makan yang terlalu banyak?
Kedua, saat dia masuk kamar, saya tidak melihat dia menjalankan shalat malam. Baru menjelang Subuh ia terbangun. Ketiga, saat shalat Shubuh dengan kita, dia sama sekali tidak berwudhu, padahal baru bangun tidur.” kata putrinya.
Imam Ahmad tersenyum dan diam saja, tentu ada penjelasan dari sang guru tentang apa yang ditanyakan oleh putrinya itu.
Dalam satu kesempatan, biidznillah, saat Imam Syafei berpapasan dengan Imam Ahmad bin Hanbal, lantas Imam Syafii berkata kepadanya tentang tiga hal yang dipertanyakan putrinya.
.
“Wahai, Ahmad!”, kata Imam Syafei. “Aku makan banyak sekali saat bertamu dan menginap di rumahmu.Karena aku tahu bahwa makan-makananmu dari harta yang halal. Sesungguhnya engkau adalah orang mulia, dan makanan orang mulia adalah obat, dan makanan orang kikir adalah penyakit. Saya tidak makan untuk sekedar kenyang, sesungguhnya aku memakan makananmu untuk obat.”, jawab Imam Syafei.
“Adapun mengenai aku tidak shalat malam. Itu benar. Karena setiap kali aku meletakkan kepalaku untuk tidur, saya melihat seakan di depanku ada Al Quran dan Al Hadits, Allah membukanya untukku dengan 72 masalah ilmu fiqh. Aku berharap ummat memanfaatkannya. Dan saking asyik dan menikmati pengajaran ilmu malam itu, aku jadinya tidak menemukan kesempatan untuk shalat malam,” lanjut Imam Syafei.
Kemudian Imam Syafei juga berkata, “Terkait dengan shalat Shbuh yang tanpa wudhu, Demi Allah saya tidak tidur kecuali sebelumnya saya memperbarui wudhu. Sepanjang malam saya tidak tidur, maka saya shalat Shubuh dengan kalian dengan wudhu shalat Isya’”.
Subhanallah. Sungguh indah kisah dua orang yang dimuliakan oleh Allah karena ilmunya. Keilmuan mereka tak sebatas teori saja, namun sudah menetap dan mendarah daging dalam amalan sehari-hari. Semoga kita bisa mengmabil hikmah dari kisah di atas, wallahualam. (*)
Makasih ya udah mampir ke blog Pakde. Besok-besok dateng lagi..
Monggo diisi feedback komennya di bawah ini
EmoticonEmoticon