2014-09-15

Belajar dari Norman Kamaru (2)

Norman Kamaru jadi Tukang Bubur
Norman Kamaru di warungnya
Sangat menarik melihat apa yang saat ini terjadi pada seorang Norman Kamaru. Jika sebelumnya ‘moncong’ pemberitaan lebih mengarah pada kisah hidupnya yang sepertinya menurun, dari polisi lalu menjadi artis kemudian menjadi tukang bubur. (Baca di Sini)

Namun di jagad social media, ia justru mendapatkan simpatik. Rumusnya bukan menurun, Polisi > Artis > Tukang Bubur. Namun justru rumusnya meningkat Polisi > Artis > Pengusaha.
Cashflow quadrant
Dalam kacamata cashflow quadrant, rumus tersebut dibaca menjadi employee > self employee > Business Owner. Jika kemudian ia mampu membuka cabang dan mempekerjakan banyak orang, maka sebentar lagi ia akan melompat menjadi seorang Investor.

Itulah pandangan positif yang seharusnya kita pakai untuk MELIHAT orang lain BUKAN untuk MENILAI.
Boleh jadi, penghasilannya sekarang tidaklah sebesar saat masih laris diundang menghibur di dunia entertainment. Namun, menurutnya penghasilannya saat ini cukup besar dibanding saat masih di kesatuan. Ia menyebut angka Rp3-4 juta saat ramai, dan omset kotor Rp1-2 juta saat warung buburnya sepi. Walau demikian, semuanya bukan urusan angka semata.

Sekali lagi, banyak hal yang dapat kita pelajari dari kehidupan Norman. Benar bahwa ada ‘kesalahan’ yang dibuat olehnya saat memutuskan untuk keluar dari kepolisian akibat mengejar popularitas di dunia hiburan. Namun, kesalahan itu ia tanggung dengan ksatria dan tetap memelihara kejernihan hati. Tidak menyalahkan pihak manapun. Bahkan bersama dengan istrinya, ia bangkit dan memasuki bidang baru. Walaupun kecil, itu adalah lompatan.
Belajar dari Norman Kamaru
Norman Kamaru bersama istrinya Daisy Paindong
Menyesal belakangan adalah manusiawi. Ada sesal atas kesalahan. Namun menyesal berkepanjangan hanya akan membuat setan masuk untuk menggoda dengan perangkap putus asa lalu bunuh diri. Ini tipikal syaithoni.

Semoga kita bisa menghikmati peristiwa tersebut. Minimal ini menjadi pelajaran berharga untuk tidak buru-buru menghujat atas kejadian yang terjadi atau menimpa seseorang. Belajarlah untuk menahan diri sambil melihat situasi dan bersimpati dari sisi positif.

Pemberitaan negatif yang seakan-akan menunjukkan keterpurukan seorang Norman, bisa jadi benar begitu adanya. Namun, tetap harus ada semangat positif yang dapat kita serap darinya.

Jangan sampai kita masuk dalam golongan kaum haters. Yang hanya bisa menyalahkan tanpa solusi, karena memang semangatnya dari awal adalah benci! Semoga kita bisa belajar dari seorang Norman Kamaru ini.  (*)

Makasih ya udah mampir ke blog Pakde. Besok-besok dateng lagi..
Monggo diisi feedback komennya di bawah ini
EmoticonEmoticon