“Kalian tak akan masuk surga sampai kalian beriman dan saling mencintai. Maukah aku tunjukkan satu amalan bila dilakukan akan membuat kalian saling mencintai? Yaitu, sebarkanlah salam di antara kalian.” [HR Muslim dari Abi Hurairah]
Dikisahkan dalam sebuah riwayat, bahwasanya sahabat Mulia Abdullah bin Umar RA pergi ke pasar dan mengucapkan salam pada setiap orang yang dijumpainya. Lantas seseorang bertanya padanya. “Apa yang engkau lakukan di pasar wahai Ibnu Umar? Engkau tidak berniaga, tidak juga membeli sesuatu dan tidak menawarkan dagangan, engkau juga tidak bergabung dalam majelis orang-orang di pasar.”
Ibnu Umar menjawab, ”Sesungguhnya aku pergi ke sana hanya untuk menyebarkan salam pada orang yang aku jumpai.”
Indah sekali makna salam, yang tersirat dalam kisah tersebut. Bahwasanya, di zaman Rasul sendiri ucapan salam : Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh itu sangat luhur dan bernilai tinggi.
Dalam kisah lain, sebagaimana penulis dapat dari tausyah Ustadz Salim A Fillah - juga disebutkan Rasulullah Saw bersama sahabat muhajirin bermaksud berkunjung ke rumah salah seorang Anshar. Sahabat Anshar tersebut memang telah mengundang Rasulullah Saw dan para sahabat untuk menjamu makan siang.
Setibanya di depan pintu rumah, Rasulullah Saw segera mengucapkan salam. Namun, tidak ada yang menjawab. Rasulullah kemudian mengulangi salamnya hingga tiga kali. Tetap tidak ada jawaban. Lantas Rasulullah Saw pun membalikkan badan bersiap hendak meninggalkan rumah tersebut. Karena begitulah adabnya, jika setelah mengucap salam tiga kali tidak dijawab, maka kita dianjurkan untuk segera meninggalkan rumah tersebut.
Barulah kemudian, terdengar suara dari dalam. “Tunggu wahai Rasulullah, jangan pergi dulu. Mari masuk. Maafkan kami, bukannya tidak menjawab salam. Kami sengaja merendahkan suara saat menjawab salam. Agar kami sekeluarga mendapatkan keberkahan dengan salam yang Engkau ucapkan. Dan kami ingin mendapatkan keberkahan itu sebanyak-banyaknya (tiga kali)".
"Masuklah, sudah kami sembelih dan masak seekor kambing”, ujar ahli rumah dengan tersenyum sumringah.
Rasul dan sahabat pun masuk dan menikmati hidangan yang disajikan. Beliau sampai mengucapkan, “Kita harus mempertanggungjawabkan, makanan yang kita makan hari ini”. Saking nikmatnya hidangan yang disajikan di saat siang itu.
Begitulah. Para sahabat sangat menyadari tentang keutamaan menebarkan salam dan menjawabnya. Karena di dalamnya terkandung doa keselamatan dunia dan akhirat. Bagaimana dengan kita?
Hukum Salam
Ibnu Abdul Barr serta yang lainnya mengutip ijma’ kaum muslimin bahwa hukum mengucapkan salam adalah sunah dan menjawabnya adalah wajib.
Imam Qurthubi berkata, “Para ulama sepakat mengucapkan salam adalah sunah yang sangat dianjurkan, sedangkan hukum menjawabnya adalah wajib, sesuai dengan firman Allah SWT, “Apabila engkau dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah SWT memperhitungkan segala sesuatu.” (QS. An Nisa : 86)
Menurut Imam Nawawi, jika salam diucapkan oleh seorang kepada banyak orang maka hukumnya fardu kifayah (seperti Hukum menyolatkan jenazah), artinya jika hanya ada satu orang dalam jumlah banyak tersebut, yang menjawab salam dari seorang tadi maka gugurah kewajiban tersebut bagi yang lainnya. Tapi jika tak ada yang menjawab seorang pun maka orang-orang yang sedang berkumpul tersebut berdosa semua. Dan bila semuanya menjawab salam tersebut naka itulah puncak kesempurnaan dan keutamaan.
Hikmah dari mengucapkan dan menjawab salam sesama Muslim akan menumbuhkan dan memperkuat rasa cinta di antara muslim. Di antara etika salam yang dapat mewariskan rasa cinta dan menambah kelembutan kasih sayang adalah berjabat tangan ketika berjumpa disertai dengan senyuman, keramahan dan dipenuhi dengan wajah yang berseri-seri.
Rasulullah Saw bersabda, “Siapa saja dari dua orang muslim yang bertemu lantas saling berjabat tangan, maka Allah SWT akan mengampuni dosa keduanya sebelum mereka berpiah.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad.)
Tentu dalam hal ini berjabat tangan yang sesuai dengan syariat Islam, yaitu laki-laki dengan laki-laki, wanita dengan wanita, atau laki-laki dengan wanita (muhrimnya). Salam adalah simbol kasih sayang dan keselamatan. Salam juga merupakan risalah seorang muslim dalam mengekspresikan rasa cintanya kepada orang yang diberi salam.
Rasulullah Saw bersabda, “Demi dzat yang menguasai diriku, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan belum sempurna iman kalian hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian kutunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka kalian akan saling mencintai? Sebarkan salam diantara kalian.” HR. Muslim
Yang dimaksud menyebarkan salam adalah menebarkan dan mengucapkannya kepada seluruh muslim, baik itu anak kecil, ataupun orang tua, jauh atau dekat, orang yang dikenal ataupun tidak.
Ucapan ”Assalamu’alaikum”, merupakan anjuran agama, dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan umat beragama, dengan salam dapat menjalin persaudaraan dan kasih sayang, karena orang yang mengucapkan salam berarti mereka saling mendo’akan agar mereka mendapat keselamatan baik di dunia maupun di akhirat.
Meski nampak sederhana, ucapan salam sudah diatur oleh agama kita (Islam). Ucapan Assalamu alaikum السلام عليكم dalam Bahasa Arab, digunakan oleh kaum Muslim. Salam ini adalah Sunnah Nabi Muhammad Saw, intinya untuk merekatkan ukhuwah Islamiyah umat Muslim di seluruh dunia.
Sebelum Islam datang, orang Arab terbiasa menggunakan ungkapan-ungkapan salam yang lain, seperti Hayakallah, artinya semoga Allah menjagamu tetap hidup. Namun ketika Islam datang, ucapan itu diganti menjadi Assalamu ‘alaikum, artinya semoga kamu terselamatkan dari segala duka, kesulitan dan nestapa.
Abu Umammah Ra meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: ”Orang yang lebih dekat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah yang lebih dahulu memberi salam.” (Musnad Ahmad, Abu Dawud, dan At Tirmidzi )
Abdullah bin Mas’ud Ra meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Salam adalah salah satu Asma Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah Allah turunkan ke bumi, maka tebarkanlah salam. Ketika seseorang memberi salam kepada yang lain, derajatnya ditinggikan dihadapan Allah. Jika jama’ah suatu majlis tidak menjawab ucapan salamnya maka makhluk yang lebih baik dari merekalah (yakni para malaikat) yang menjawab ucapan salam.” (Musnad Al Bazar, Al Mu’jam Al Kabir oleh At Tabrani)
Abu Hurairah Ra meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “ Orang kikir yang sebenar-benarnya kikir ialah orang yang kikir dalam menyebarkan Salam.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman didalam Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 86, “Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.”
Bedanya agama kita dengan agama lain, setiap Muslim ketika mengucapkan salam kepada saudaranya, dia akan diganjar dengan kebaikan (pahala).
Kaidah Mengucapkan Salam
Dalam kaidah singkat menyingkat pun sudah diatur oleh Allah dan diajarkan kepada Rasulullah. Dalam suatu pertemuan bersama Rasulullah Saw, seorang sahabat datang dan melewati beliau sambil mengucapkan, “Assalamu ‘alaikum”. Rasulullah Saw lalu bersabda, “Orang ini mendapat 10 pahala kebaikan,” ujar beliau. Tak lama kemudian datang lagi sahabat lain. Ia pun mengucapkan, “Assalamu‘alaikum Warahmatullah.” Kata Rasulullah Saw, “Orang ini mendapat 20 pahala kebaikan.” Kemudian lewat lagi seorang sahabat lain sambil mengucapkan, “Assalamu ‘alaikum warahmatullah wa barakatuh.” Rasulullah pun bersabda, “Ia mendapat 30 pahala kebaikan.” [HR. Ibnu Hibban dari Abi Hurairah].
Beberapa kaidah salam yang baik di antaranya; bagi orang yang berkenderaan mengucapkan salam kepada yang berjalan kaki dan pejalan kaki memberi salam kepada yang duduk. Orang yang lebih muda memberi salam kepada yang lebih tua, mereka yang kuat memberi salam kepada yang lemah. Bagi yang kaya memberi salam kepada yang miskin dan seterusnya.
Jika seperti itu, secara sendirinya akan menghilangkan egoisme dalam diri umat sekaligus menjalin interaksi sosial yang baik.
Salam tidak hanya untuk kaum pria saja, Asma’ binti Yazid RA pernah meriwayatkan bahwa Rasulullah ketika lewat di depan masjid dan sekelompok perempuan sedang duduk-duduk di sana, maka Rasulullah melambaikan tangannya sambil memberi salam. Selanjutnya, dianjurkan juga untuk mengucapkan salam kepada anak-anak, agar membiasakan mereka dengan adab-adab memberi salam. Anas RA Menceritakan bahwa ketika ia melewati anak-anak kecil, kemudian ia mengucapkan salam kepada anak-anak tersebut.
Kaidah salam yang lain juga telah mengatur rendah dan tingginya suara ketika mengucapkan salam. Terutama ketika malam hari, mengucapkan salam harus dengan suara rendah dan lembut selama dapat didengar oleh orang yang masih terjaga.
Dengan kata lain, apabila mengucapkan salam pada malam hari selama bukan urusan yang amat penting dan mendesak, tidak boleh mengganggu orang yang sedang tidur apalagi membangunkannya. Wallahualam.
Makasih ya udah mampir ke blog Pakde. Besok-besok dateng lagi..
Monggo diisi feedback komennya di bawah ini
EmoticonEmoticon